BioFub 2025: Kolaborasi Global untuk Konservasi, Biologi Masa Depan dan Pembangunan Berkelanjutan

Konferensi ini adalah kesempatan luar biasa bagi kita semua untuk berbagi pengetahuan, ide, dan inovasi dalam upaya konservasi dan keberlanjutan

Editor: Jamadin
Yayasan Palung
FOTO BERSAMA - Suasana foto bersama di acara International Conference on Biodiversity and Future Biology (ICo-BioFuB) 2025 di Cyber Auditorium, Universitas Nasional, Jakarta, Selasa 26 Agustus 2025. Kegiatan Konferensi internasional tersebut dibuka langsung oleh Dr. Ir. Pramono Anung Wibowo, MM., selaku Gubernur DKI Jakarta. 

1. Biodiversitas-eksplorasi biodiversitas untuk kesehatan, ketahanan pangan, industri, mikrobioma, ekosistem laut, serta biodiversitas lokal.

2.    Konservasi Biodiversitas – strategi berbasis bioteknologi, restorasi ekologi, peran kota, kebijakan dan komunitas, serta mitigasi perubahan iklim. 

3.    Biologi Masa Depan, rekayasa genetika, CRISPR, bioinformatika, biologi sintetis, bioetika, hingga inovasi berbasis biodiversitas.

Dr. Ence Darmo Jaya Supena, Ketua Perhimpunan Biologi Indonesia, dalam sambutan tertulisnya memberikan sambutan yang menekankan bahwa keanekaragaman hayati adalah fondasi kehidupan yang kini menghadapi ancaman serius.

Sehingga diperlukan inovasi, kolaborasi, dan aksi nyata melalui konferensi ini untuk mencari solusi berbasis sains, teknologi, dan keterlibatan masyarakat demi konservasi dan keberlanjutan.

Dalam kegiatan Konferensi Internasional BioFub 2025  menghadirkan pembicara dari luar negeri dan dari Indonesia yang pada kesempatan tersebut berkesempatan menyampaikan presentasinya, seperti Prof. Dr. Erin Rebecca Vogel dari Rutgers University, Amerika Serikat sebagai keynote speaker menyampaikan materi ilmiahnya bahwa “Konservasi orangutan tidak hanya tentang menjaga hutannya, tetapi juga memastikan integritas ekosistem dan ketersediaan sumber pakan yang menopang kesehatan serta keberlangsungan hidupnya.” 

Hasil penelitian Dr. Caroline Schuppli dari Max Planck Institute of Animal Behavior yang juga tentang orangutan, menunjukkan bahwa perkembangan keterampilan orangutan sangat bergantung pada pembelajaran sosial jangka panjang, yang membentuk repertoar budaya penting bagi kelangsungan hidup dan memiliki implikasi besar bagi strategi konservasi. 

Disampaikan pula hasil penelitian Prof. Dr. Dedy Darnaedi, MSc, seorang botanis Guru Besar Biologi Universitas Nasional, menegaskan bahwa taksonomi modern dengan dukungan teknologi dapat mempercepat inventarisasi flora Indonesia, namun keberhasilannya bergantung pada komitmen pemerintah dan kolaborasi multi-pihak. 

Makalah lainnya yang tak kalah menarik disampaikan dalam kesempatan tersebut disampaikan oleh narasumber Crystale Lim Siew Ying, PhD dari Department of Biotechnology, Faculty of Applied Sciences, UCSI University, Malaysia, menunjukkan bahwa inovasi bioteknologi pada sistem mikroba, seperti meta-omik, AI, CRISPR.

Dan biologi sintetis, berpotensi meningkatkan kesehatan manusia, ketahanan ekosistem, serta keberlanjutan lingkungan, namun harus disertai dengan kerangka bioetika agar selaras dengan nilai masyarakat dan kebutuhan planet Selain itu, sejumlah pembicara dari beberapa propinsi dari Indonesia, Jepang dan Hungaria berbagi wawasan serta hasil riset Biologi terkini yang sangat menarik.

Sebagai penutup, Ketua Panitia yang juga Ketua PBI Cabang Jakarta, Dr. Tatang Mitra Setia, M.Si., menyampaikan “Konferensi ini memperkuat kolaborasi ilmiah dan melahirkan inovasi untuk menjawab tantangan perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan hilangnya keanekaragaman hayati.”

Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang presentasi riset, tetapi juga sarana memperluas jejaring kolaborasi dan merancang langkah nyata menuju konservasi keanekaragaman hayati dan inovasi berkelanjutan.

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved