Berita Viral

Biang Kerok Penyebab Harga Beras Mahal, Tapi Mentan Klaim Mulai Turun di 13 Provinsi

Terungkap biang kerok penyebab harga mahal hingga Mentan klaim mulai turun di 13 provinsi selengkapnya cek disini.

Editor: Rizky Zulham
Kompas.com
HARGA BERAS NAIK - Ilustrasi beras yang dijual di Pasar. Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menyatakan bahwa harga beras di 13 provinsi mulai menunjukkan penurunan, setelah pemerintah melalui Perum Bulog melakukan operasi pasar dengan menggelontorkan beras SPHP sejak Juli 2025 lalu. 

Warga "tercekik" harga beras melambung Warga di berbagai daerah semakin tercekik oleh harga beras yang tak kunjung turun.

Alih-alih membaik, harga terus merangkak naik meski pemerintah mulai mengintervensi pasar.

Pengamat pertanian, Khudori, mengatakan klaim penurunan harga beras di ritel modern oleh pemerintah tidak sejalan dengan kondisi di lapangan.

Merujuk catatan Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan (Kemendag), yang diolah Badan Pusat Statistik (BPS), pada pekan kedua Agustus 2025 harga rata-rata nasional beras medium di Zona I tercatat Rp 14.012 per kilogram (kg) dan premium Rp 15.435 per kg.

Angka itu lebih tinggi dibandingkan Juli 2025 yang berada di posisi Rp 13.853 kg untuk medium dan Rp 15.310 kg untuk premium.

Keduanya melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET).

Situasi serupa juga terjadi di Zona II. Harga beras medium dan premium masing-masing Rp 14.875 kg dan Rp 16.625 per kilogram kg.

Padahal, sebulan sebelumnya harga beras medium di Zona ini Rp 14.666 kg dan premium Rp 16.458 kg. Penyebab harga beras naik, sulit turun Khudori menilai ada tiga sebab utama mengapa harga beras sulit turun.

Pertama, operasi pasar alias Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Perum Bulog berjalan lamban.

Dari 14 Juli sampai 19 Agustus 2025, Bulog baru menyalurkan 44.813 ton beras SPHP, rata-rata hanya 1.211 ton per hari.

Jumlah itu terlalu kecil untuk menekan harga di tengah pasar yang sedang “lapar” beras.

“Operasi pasar SPHP belum efektif. Sejak disalurkan kembali mulai 14 Juli lalu, Bulog baru mengalirkan 226.005 ton beras SPHP. Itu hitungan sampai 19 Agustus 2025,” ucap Khudori kepada Kompas.com.

Kedua, Bulog masih agresif menyerap gabah dari petani lewat skema maklun.

Dengan posisi sebagai mitra dominan, Bulog hampir selalu menang dalam perebutan gabah, meskipun harga sudah tinggi hingga Rp 8.000 per kilogram.

Akibatnya, harga gabah semakin melambung.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved