Berita Viral

Bupati Indramayu Kaget Siswa SMA Tak Bisa Perkalian, Miris Dunia Pendidikan

Bupati Indramayu kaget temukan siswa SMA tak bisa perkalian sederhana. Fenomena miris pendidikan 2025 ini butuh solusi serius.

YouTube Tribun Kaltim Official
TAK BISA PERKALIAN - Foto ilustrasi hasil olah YouTube Tribun Kaltim Official, Rabu 20 Agustus 2025, memperlihatkan Bupati Indramayu kaget temukan siswa SMA tak bisa perkalian sederhana. Fenomena miris pendidikan 2025 ini butuh solusi serius. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Fenomena pendidikan di Indramayu kembali menyedot perhatian publik. 

Bupati Indramayu, Lucky Hakim, kaget saat mengetahui ada siswa SMA kelas 12 yang tidak bisa mengerjakan perkalian sederhana 3x4. 

Kasus ini bukan satu-satunya. Ia juga menemukan siswa SMP kelas 9 yang belum mampu membaca dengan lancar. 

Peristiwa tersebut membuat banyak pihak terhenyak, sebab di tengah gencarnya pembangunan dan akses pendidikan yang semakin luas, ternyata masih ada anak-anak usia sekolah yang tertinggal dalam kemampuan dasar.

Fakta mencengangkan itu terungkap bukan di ruang kelas, melainkan saat Satpol PP Indramayu menggelar razia terhadap sejumlah pelajar yang bolos sekolah. 

Dari sana, terkuak kenyataan pahit bahwa sebagian siswa yang sudah duduk di bangku menengah atas justru kesulitan dengan kemampuan yang seharusnya dikuasai sejak sekolah dasar.

Bupati Lucky Hakim pun tak mampu menyembunyikan keterkejutannya. 

Dalam sebuah video, ia menegaskan betapa seriusnya masalah ini. 

“Saya kaget banget lihat video ketika Kasatpol PP Indramayu merazia anak-anak yang lagi bolos sekolah,” ujarnya dengan nada kecewa.

[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]

Fenomena Miris di Balik Razia Pelajar

Razia di Makam Selawe

Peristiwa bermula pada Senin 11 Agustus 2025, ketika Satpol PP Indramayu menjaring sedikitnya 10 siswa yang kedapatan bolos di kawasan Makam Selawe, Sindang. 

Mereka langsung dibawa ke Kantor Satpol PP dan Damkar Indramayu untuk diberikan pembinaan.

Namun, yang mengejutkan, saat proses pembinaan berlangsung, petugas mendapati ada siswa yang tidak bisa membaca dan bahkan tidak mampu mengerjakan perkalian sederhana. 

Padahal, salah satu di antara mereka sudah berada di kelas 12 SMA.

Bupati Turut Menyaksikan Fakta Pahit

Bupati Lucky Hakim yang mendapat laporan video tersebut merasa syok. 

“Saya langsung kaget, saya tanya sama beberapa jajaran, ternyata memang banyak anak lulus SD yang tidak bisa baca,” ujarnya.

Pernyataan itu menyiratkan betapa masalah ini bukan hanya kasus individu, tetapi fenomena yang lebih luas. 

Ada sistem pendidikan yang tidak bekerja sebagaimana mestinya, hingga siswa bisa melangkah ke jenjang lebih tinggi tanpa menguasai keterampilan dasar.

Mengapa Bisa Terjadi?

Faktor Kurikulum dan Sistem Pendidikan

Lucky Hakim mencoba menelusuri penyebab fenomena tersebut. 

Ia menemukan beragam jawaban: mulai dari persoalan kurikulum, lemahnya pengawasan, hingga tantangan dalam pelaksanaan undang-undang pendidikan.

“Ada beberapa jawaban-jawaban karena masalah kurikulum lah, undang-undang pendidikan lah, dan lain-lain,” kata Lucky. 

Namun menurutnya, semua alasan itu tidak boleh dijadikan pembenaran.

PR Besar Dunia Pendidikan

Bupati menekankan bahwa kondisi ini adalah pekerjaan rumah besar, tidak hanya bagi pemerintah daerah tetapi juga seluruh pemangku kepentingan pendidikan. 

“Kita tuh membangun kabupaten dengan segala upaya, tapi kalau banyak anak-anak umur belasan tahun yang pernah sekolah tapi tidak bisa baca, ini masalah serius,” tegasnya.

Menurutnya, jika ada anak yang sama sekali tidak pernah sekolah, mungkin solusi masih bisa dikejar lewat kejar paket atau pelatihan khusus. 

Namun ironinya, masalah justru terjadi pada anak-anak yang secara formal masih tercatat sebagai siswa aktif.

Harapan Perubahan dari Pemerintah

Peran Pemerintah Pusat Sangat Diperlukan

Lucky Hakim menyadari bahwa pemerintah daerah tidak bisa bergerak sendiri menghadapi persoalan ini. 

Ia pun menyerukan agar pemerintah pusat turun tangan memberikan solusi konkret. 

“Kita mau hajar habis-habisan di Kabupaten pun kalau sistemnya tidak mendukung ya akan amburadul semua,” ujarnya.

Bahaya untuk Masa Depan Bangsa

Ia mengingatkan, jika fenomena ini dibiarkan, masa depan bangsa bisa terancam. 

“Mudah-mudahan ini bisa menjadi pembelajaran untuk saya, terutama untuk entitas-entitas pendidikan ataupun yang bisa membuat undang-undang pendidikan. Ini harus ada solusinya karena bangsa kita bisa hancur,” tuturnya penuh keprihatinan.

Ironi di Tengah Banyaknya Sekolah

Meski jumlah sekolah terus bertambah di berbagai daerah, ternyata kualitas pendidikan belum merata. 

Lucky bahkan mempertanyakan bagaimana mungkin anak yang belum bisa membaca bisa lulus dari sekolah dasar. 

“Jadi ini kesebelan saya, kesel banget dan saya gak tahu mesti kesel ke siapa, akhirnya saya bisanya kesel ke diri saya sendiri dulu. Ini jadi PR besar buat saya,” ucapnya.

Pernyataan ini menunjukkan betapa masalah tersebut menyisakan luka batin bagi seorang pemimpin daerah yang seharusnya bisa bangga dengan kemajuan pendidikan, namun justru menemukan kenyataan yang pahit.

Jalan Panjang Mencerdaskan Generasi

Fenomena siswa SMA tidak bisa perkalian sederhana dan siswa SMP tidak bisa membaca di Indramayu membuka mata banyak pihak bahwa pendidikan bukan sekadar formalitas naik kelas atau kelulusan. 

Pendidikan sejatinya adalah pembentukan kompetensi dasar yang menjadi fondasi untuk melangkah lebih jauh.

Kasus ini mungkin hanya sebagian kecil dari potret buram yang terjadi di daerah lain. 

Namun, dengan viralnya kasus ini, ada harapan kesadaran kolektif tumbuh. 

Pemerintah pusat, daerah, sekolah, guru, dan masyarakat perlu bergandengan tangan mencari solusi.

Mencerdaskan kehidupan bangsa bukan sekadar jargon dalam undang-undang, melainkan kewajiban nyata yang harus hadir di tengah masyarakat. 

Sebab tanpa itu, generasi penerus bisa kehilangan daya saing, dan pembangunan yang dibanggakan hanya akan menjadi slogan kosong.

Kasus siswa SMA kelas 12 yang tidak bisa mengerjakan perkalian sederhana 3x4, serta siswa SMP kelas 9 yang belum bisa membaca, menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan Indonesia di tahun 2025. 

Bupati Indramayu, Lucky Hakim, secara jujur menyampaikan kekecewaannya dan menegaskan perlunya perubahan sistem pendidikan agar masalah serupa tidak terus berulang.

Di balik rasa kaget, kecewa, sekaligus marah seorang pemimpin daerah, tersimpan harapan besar: agar anak-anak Indonesia benar-benar merasakan pendidikan yang mampu mengubah masa depan mereka.

(*)

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Bupati Kaget, Tahu Warganya Kelas 12 SMA Malah Tak Bisa Perkalian 3x4: Memang Banyak

* Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
* Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved