Ragam Contoh
Sejarah Tradisi Cheng Beng , Makna, Ritual dan Ziarah Kubur Masyarakat Tionghoa di Pontianak
Bagi masyarakat Tionghoa, Cheng Beng merupakan bentuk penghormatan sekaligus rasa terima kasih kepada para leluhur yang telah mendahului mereka.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID- Salah satu tradisi penting yang hingga kini masih terus dijaga oleh masyarakat keturunan Tionghoa adalah perayaan Cheng Beng atau yang dikenal juga dengan tradisi ziarah kubur.
Tradisi ini tidak hanya sekadar kegiatan budaya, tetapi juga sarat makna spiritual dan nilai bakti kepada leluhur.
Bagi masyarakat Tionghoa, Cheng Beng merupakan bentuk penghormatan sekaligus rasa terima kasih kepada para leluhur yang telah mendahului mereka.
Dengan berziarah dan merawat makam, generasi penerus tidak hanya mengenang jasa leluhur, tetapi juga menunjukkan bakti dan rasa hormat.
Hal ini menjadi simbol penting bahwa hubungan antara keluarga yang masih hidup dan yang sudah tiada tetap erat.
Secara kalender, perayaan Cheng Beng biasanya jatuh pada tanggal 4–6 April setiap tahunnya atau bertepatan dengan awal bulan Maret dalam penanggalan lunar.
Puncak perayaan umumnya terjadi pada tanggal 5 April, namun persiapan sudah dilakukan jauh hari sebelumnya.
Bahkan, sebagian keluarga keturunan Tionghoa mulai menyambut tradisi ini dua minggu lebih awal dengan membersihkan makam leluhur mereka.
• Robo-Robo 2025 : Perayaan Tradisi Melayu Pontianak Masuki Tahun Ketiga
Pada saat perayaan, keluarga biasanya pulang ke kampung halaman untuk berziarah bersama. Prosesi Cheng Beng tidak hanya berupa doa, tetapi juga kegiatan membersihkan dan mempercantik makam leluhur, seperti mencabut rumput liar, mengecat nisan, hingga menata kembali area pemakaman.
Setelah itu, mereka menyiapkan berbagai persembahan berupa lilin, dupa (hio), buah-buahan, nasi, lauk-pauk, teh, arak, serta kue-kue khas yang disukai leluhur semasa hidupnya. Semua persembahan ditata dengan rapi sebagai bentuk pelayanan dan penghormatan terakhir.
Selain itu, keluarga juga menyiapkan kim ci, yaitu kertas sembahyang atau uang-uangan dari kertas yang nantinya dibakar sebagai bekal bagi arwah di alam baka.
Ritual lain yang tak kalah penting adalah penyusunan lilin atau lak cek yang harus tetap menyala sepanjang prosesi berlangsung. Lilin ini melambangkan penerangan bagi roh leluhur, dipercaya sebagai cahaya yang menuntun mereka di alam akhirat.
Makna Cheng Beng sendiri tidak hanya sekadar ritual keagamaan atau budaya semata. Tradisi ini juga menjadi momen kebersamaan keluarga, di mana anak, cucu, hingga kerabat berkumpul untuk melaksanakan doa bersama dan menjaga hubungan kekeluargaan tetap harmonis.
Dengan demikian, Cheng Beng menjadi salah satu warisan budaya yang terus hidup, tidak hanya di kalangan masyarakat Tionghoa di Tiongkok, tetapi juga di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Sementara itu, dupa berfungsi sebagai alat untuk memanggil arwah leluhur pada saat-saat tertentu, juga sebagai persembahan kepada orang yang telah meninggal dunia. Dupa yang dibakar masyarakat Tionghoa saat sembahyang, melambangkan keharuman yang diharapkan tersebar ke seluruh penjuru alam.
Ada juga tempat dupa (hiolo), tempat dupa ini biasanya dibawa sendiri dari rumah, tetapi saat ini makam sudah banyak didesain memiliki tempat dupa sendiri, sehingga banyak keluarga yang tidak lagi membawa tempat dupa saat ziarah kubur.
Setelah semuanya selesai disiapkan, proses selanjutnya adalah sembahyang. Pada tahap ini, masing-masing anggota keluarga memanjatkan doa dengan menghadap ke arah thusin dengan menyalakan dupa untuk keselamatan agar arwah leluhur tenang di alam baka.
Adapun penghormatan dilakukan dengan cara membungkukkan tubuh sebanyak tiga kali, lalu berdoa dan kembali menghormati sebanyak tiga kali dan menancapkan dupa di tempat dupa di depan makam.
Proses sembahyang dan penghormatan ini, dilakukan berdasarkan tingkatan umur dalam keluarga, dimulai dari anggota keluarga yang paling tua, kemudian disusul oleh yang lebih muda dan seterusnya.
• Meriam Karbit: Tradisi Unik Khas Pontianak yang Jadi Magnet Wisata dan Warisan Budaya
Beragam doa pun dipanjatkan dalam ziarah kubur ini, mulai dari diberikan kemurahan rezeki, kesejahteraan, umur yang panjang, dan roh-roh leluhur agar tetap bersama mereka selamanya untuk menjaga dan memberi berkat yang melimpah.
Setelah melakukan ritual sembayang, keluarga mempersembahkan barang-barang duplikasi dari kertas seperti baju, sepatu, rumah, mobil, TV, dan barang-barang kebutuhan hidup lainnya.
Terdapat juga uang akhirat yang disebut Kimcua (uang emas) dan Gincua (uang perak). Uang ini dipersembahkan kepada roh leluhur dengan cara dibakar. Mereka percaya, kehidupan di akhirat tidak jauh berbeda dengan kehidupan di dunia.
Barang-barang tersebut, nantinya akan dipakai dan digunakan oleh roh leluhur untuk memenuhi kebutuhannya di akhirat selama setahun sampai pada perayaan cheng beng tahun berikutnya.
Bagian akhir dari ritual tradisi cheng beng, ditutup dengan cara berpamitan di depan makam leluhur. Ini dilakukan agar roh leluhur bersedia untuk datang mengunjungi rumah mereka nantinya.
- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!
Masyarakat Tionghoa
Cheng Beng
apa itu cheng beng
makna perayaan cheng beng
ziarah kubur cheng beng tionghoa
sejarah cheng beng
ritual cheng beng etnis tionghoa
budaya cheng beng suku han
45 TOP Soal Latihan Ujian Sekolah Bahasa Indonesia Kelas 11 Semester 1 Kurikulum Merdeka |
![]() |
---|
UNIK, Ada Nama Bulan yang Terinspirasi dari Ikan Langka yang Menghasilkan Telur Kaviar |
![]() |
---|
7 Cara Menghargai Kebinekaan Masyarakat Indonesia, Materi Pancasila Kelas 4 SD |
![]() |
---|
Mengenal Perubahan Fisika, Materi IPA Kelas 7 SMP Kurikulum Merdeka |
![]() |
---|
Mengenal Perubahan Kimia, Materi IPA Kelas 7 SMP Kurikulum Merdeka |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.