Berita Viral

Api "Gerbang Neraka" Padam, Wisatawan Kecewa Jadi Dilema Turkmenistan

Lubang selebar 70 meter di tengah Gurun Karakum itu dulunya menyemburkan api dan gas metana, menjadi daya tarik utama bagi wisatawan.

YouTube Daftar Populer
GERBANG NERAKA - Foto ilustrasi hasil olah YouTube Daftar Populer, Kamis 7 Agustus 2025, memperlihatkan gerbang neraka. Setelah lebih dari 50 tahun menyala, kobaran api di Kawah Darvaza, Turkmenistan yang dikenal dunia dengan julukan “Gerbang Neraka” kini nyaris padam. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Setelah lebih dari 50 tahun menyala, kobaran api di Kawah Darvaza, Turkmenistan yang dikenal dunia dengan julukan “Gerbang Neraka” kini nyaris padam. 

Lubang selebar 70 meter di tengah Gurun Karakum itu dulunya menyemburkan api dan gas metana, menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang berani menembus medan ekstrem. 

Namun kini, hanya titik-titik api kecil yang tersisa, mengecewakan pengunjung yang terlanjur terpesona oleh foto-foto masa lalu di internet. 

“Saya sedikit kecewa,” kata Irina (35), wisatawan dari Ashgabat yang menempuh lima jam perjalanan darat demi menyaksikan api abadi itu. 

Pemerintah sengaja memadamkan api sebagai bagian dari komitmen lingkungan, mengingat Darvaza menyumbang emisi metana yang signifikan. 

Meski dianggap penting untuk masa depan bumi, langkah ini memunculkan kekhawatiran baru, terutama dari pelaku wisata lokal yang bergantung pada popularitas kawah tersebut. 

Kini, Turkmenistan berdiri di persimpangan jalan: antara menjaga komitmen iklim atau menyelamatkan industri pariwisata yang langka namun bernilai.

“Kami Lapar di Negeri Kaya Minyak”: Teriakan Rakyat Angola yang Terpinggirkan oleh Ketimpangan

[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]

Apa Alasan Pemerintah Turkmenistan Memadamkan Api Darvaza?

Keputusan memadamkan kobaran api bukan tanpa alasan. 

Pemerintah Turkmenistan menilai bahwa keberadaan api yang telah menyala sejak 1971 ini membawa dampak negatif terhadap lingkungan dan ekonomi negara.

Apa Dampaknya bagi Lingkungan?

Menurut mantan Presiden Gurbanguly Berdymukhamedov, kawah ini menghasilkan emisi gas metana dalam jumlah besar gas rumah kaca yang jauh lebih kuat dari karbon dioksida. 

Berdasarkan laporan International Energy Agency (IEA), Turkmenistan termasuk salah satu penyumbang emisi metana terbesar di dunia akibat kebocoran gas.

“Kawah ini berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitarnya,” kata Berdymukhamedov.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved