Berita Viral

“Kami Lapar di Negeri Kaya Minyak”: Teriakan Rakyat Angola yang Terpinggirkan oleh Ketimpangan

Gambar seorang perempuan ditembak dari belakang oleh polisi saat demonstrasi menjadi simbol pahit dari pergolakan yang pecah awal Juli 2025. 

YouTube Doczon
KELAPARAN - Foto ilustrasi hasil olah YouTube Doczon, Kamis 7 Agustus 2025, memperlihatkan seorang anak kecil di Angola. Teriakan “Temos fome” atau “Kami lapar” menggema di jalanan Angola, menyuarakan keputusasaan rakyat di tengah negeri yang kaya akan minyak namun miskin keadilan sosial. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Teriakan “Temos fome” atau “Kami lapar” menggema di jalanan Angola, menyuarakan keputusasaan rakyat di tengah negeri yang kaya akan minyak namun miskin keadilan sosial. 

Gambar seorang perempuan ditembak dari belakang oleh polisi saat demonstrasi menjadi simbol pahit dari pergolakan yang pecah awal Juli 2025. 

Di balik bentrokan berdarah, ada kisah jutaan warga yang tak lagi sanggup membeli bahan pokok atau membayar ongkos transportasi. 

Pemerintah memutuskan memangkas subsidi BBM demi menekan pengeluaran negara, namun kebijakan ini justru memantik krisis baru di tengah rakyat yang sudah rentan. 

Aktivis HAM Julio Candero menyebut kemarahan ini sebagai “seruan rakyat untuk sepotong roti dan sedikit martabat”. 

Meski kekayaan minyak mendominasi ekspor negara, sebagian besar warga Angola hidup dalam kemiskinan ekstrem akibat korupsi dan ketimpangan. 

Kini, demonstrasi yang diawali damai berubah menjadi perlawanan sosial yang terus bergolak, dan mungkin belum akan berhenti dalam waktu dekat

Perempuan Kazakstan Jadi Korban Sindikat Ibu Pengganti, Ketika Harapan Berubah Menjadi Ketakutan

[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]

Apa yang Memicu Gelombang Demonstrasi di Angola?

Pemangkasan Subsidi BBM dan Efek Domino Ekonomi

Awal Juli 2025, pemerintah Angola mengumumkan pemangkasan subsidi bahan bakar minyak (BBM) sebagai bagian dari kebijakan penghematan fiskal, menyusul tekanan Dana Moneter Internasional (IMF). 

Salah satu dampak langsung adalah kenaikan harga solar sebesar 33 persen.

Hal ini membuat biaya transportasi dan logistik melonjak, memicu keresahan di tengah masyarakat yang sudah terbebani dengan kebutuhan hidup harian.

Pada 12 Juli, demonstrasi yang semula berlangsung damai berubah menjadi kerusuhan setelah asosiasi sopir taksi memulai mogok nasional selama tiga hari. 

Aksi ini direspons keras oleh aparat, menimbulkan bentrokan berdarah yang menewaskan 22 orang, melukai 197 lainnya, dan menyebabkan lebih dari 1.200 orang ditangkap.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved