Berita Viral

Jejak Kecerdasan Manusia Purba Neanderthal, Pabrik Lemak 120.000 Tahun Lalu di Tepi Danau Jerman

Sekitar 120.000 fragmen tulang dan ribuan alat batu menjadi saksi atas kecanggihan ini. 

YouTube Mata Ketiga
MANUSIA PURBA - Foto ilustrasi hasil olah YouTube Mata Ketiga, Kamis 31Juli 2025, memperlihatkan manusia purba Neanderthal membangun sistem mirip "pabrik" untuk mengekstrak lemak dari tulang hewan secara masif Di Neumark-Nord, Jerman. Sekitar 120.000 fragmen tulang dan ribuan alat batu menjadi saksi atas kecanggihan ini. 

Bagaimana Proses Ekstraksi Lemak Ini Dilakukan?

Neanderthal diketahui menghancurkan tulang-tulang besar menggunakan palu batu, kemudian merebusnya selama berjam-jam untuk mengekstrak lemak. 

Lemak yang terkumpul di permukaan air kemudian disaring dan kemungkinan dikonsumsi dalam bentuk kaldu berlemak.

Teknik ini menunjukkan lebih dari sekadar kemampuan teknis. 

Ada proses perencanaan, distribusi kerja, dan pengelolaan sumber daya. 

Hal itu terlihat dari penggunaan area khusus yang menunjukkan jejak api, serta bukti bahwa bangkai hewan tidak langsung dikonsumsi, melainkan diproses secara bertahap.

“Mereka bukan sekadar bertahan hidup dari hari ke hari, tetapi adalah perencana ulung yang dapat mengatur tugas-tugas kompleks dan memaksimalkan setiap kalori dari lingkungan,” jelas Geoff Smith, ahli zooarkeologi dari Universitas Reading, Inggris.

Tetap Bedah di Tengah Gempa, Keteguhan Dokter Kamchatka Jadi Sorotan Dunia

Mengapa Lemak Penting Bagi Kelangsungan Hidup Neanderthal?

Apa Risiko Terlalu Banyak Konsumsi Protein?

Neanderthal diperkirakan memiliki berat badan antara 50 hingga 80 kilogram. 

Untuk bertahan hidup, mereka perlu menjaga konsumsi protein di bawah batas tertentu, sekitar 300 gram per hari. 

Melebihi jumlah itu dapat menyebabkan keracunan protein, suatu kondisi serius yang dikenal juga sebagai rabbit starvation atau mal de caribou.

Oleh karena itu, lemak menjadi sumber energi penting. Daging otot hewan, terutama saat musim dingin atau ketika hewan kekurangan gizi, mengandung sedikit lemak. 

Sebaliknya, sumsum tulang tetap menjadi cadangan kalori yang konsisten.

“Ini bukan hanya soal kelangsungan hidup, tetapi strategi cerdas untuk menjaga keseimbangan nutrisi,” tulis para peneliti dalam laporannya.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved