Pencarian Anak Hilang di Singkawang

Cukup Anakku Saja! Ayah Balita Korban Pembunuhan di Singkawang Ungkap Kejanggalan Rekonstruksi

Dalam rekonstruksi yang digelar pihak kepolisian, terdapat 28 adegan yang diperagakan.

|
Penulis: Widad Ardina | Editor: Syahroni
TRIBUNPONTIANAK/ WIDAD ARDINA
OLAH TKP - Rekonstruksi kasus hilangnya seorang balita Rafa Fauzan, di Jalan RA Kartini, Gang Kapas, Singkawang Tengah, pada Kamis 24 Juli 2025. Tersangka Uray Abadi memperagakan beberapa adegan bagaimana dirinya melakukan perbuatan keji yang menghilangkan nyawa bocah 1 tahun 11 bulan tersebut. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINGKAWANG – Duka mendalam belum sirna dari hati Rasiwan, ayah kandung Rafa Fauzan, balita berusia 1 tahun 11 bulan yang ditemukan tewas tragis di depan pintu masjid setelah dilaporkan hilang selama tiga hari.

Kini, setelah rekonstruksi kasus pembunuhan yang dilakukan tersangka Uray Abadi, Rasiwan masih menyimpan banyak tanda tanya yang belum terjawab.

“Secara umum rekonstruksi menggambarkan kejadian, tapi tidak rinci soal waktu dan detail peristiwa,” ujar Rasiwan kepada Tribun Pontianak, Kamis 24 Juli 2025.

Adegan, Tapi Banyak yang Masih Mengganjal

Dalam rekonstruksi yang digelar pihak kepolisian, terdapat 28 adegan yang diperagakan.

Namun, Rasiwan menilai beberapa adegan krusial justru tak tergambarkan dengan jelas, terutama saat pembekapan sang anak yang menyebabkan luka-luka di wajah korban.

Baca juga: 10 Fakta Rio Fanderi Mahasiswa IAIN Pontianak Meninggal Dunia, Temuan Medis Janggal & Hasil Autopsi?

“Dari hasil otopsi ada goresan di wajah anak saya, tapi itu tidak tergambar di rekonstruksi. Padahal sebelumnya kasat sendiri yang menyatakan itu,” jelasnya dengan nada kecewa.

Kami Biasa Sapa Pelaku di Jalan…

Rasiwan juga menyampaikan bahwa ia mengenal pelaku, meski tidak dekat.

Sebagai tetangga, interaksi mereka terbatas pada sekadar tegur sapa.

Namun, sehari sebelum tragedi, insting ayahnya sempat curiga kepada Uray Abadi lantaran adanya ancaman kepada Rafa, sayangnya kecurigaan itu datang terlambat.

“Saya sempat merasa aneh, ada ancaman terhadap anak saya. Tapi saya tidak sempat tanyakan lebih lanjut,” tuturnya.

Kami Pernah Bantu Dia, Tapi Justru Anakku yang Dihabis

Lebih memilukan, Rasiwan menyebut keluarganya bahkan pernah membantu pelaku dalam kehidupan sosial sehari-hari.

Baca juga: POLISI Sita Barang Bukti Kasus Tewasnya Rio Fanderi Mahasiswa IAIN Pontianak, Ada Bukti yang Hilang!

Kebaikan yang dibalas dengan kekejaman tak pernah ia sangka datang dari seseorang di lingkungan sendiri.

Kini, sebagai ayah yang kehilangan anak dengan cara paling keji, ia berharap tidak ada orangtua lain yang mengalami hal serupa.

“Semoga ini jadi pelajaran. Jangan lengah, bahkan pada orang yang kita kenal sekalipun. Cukup anak saya saja…,” ucapnya lirih.

Detik-detik Rekonstruksi:

Suasana mencekam menyelimuti kawasan Jalan RA Kartini, Gang Kapas, Singkawang Tengah, saat rekonstruksi kasus pembunuhan tragis balita Rafa Fauzan digelar, Kamis 24 Juli 2025.

Warga, yang sedari pagi sudah berdatangan, larut dalam kesedihan dan amarah saat menyaksikan jalannya proses hukum yang mempertemukan kembali sang tersangka dengan lokasi kejadian.

Meskipun digelar secara tertutup dan di bawah penjagaan ketat aparat.

Kerumunan warga tak terbendung.

Mereka memadati sekitar lokasi rumah pengasuh tempat tragedi itu terjadi, membawa harapan akan keadilan sekaligus kemarahan yang sulit dibendung.

Teriakan Emosi Pecah Saat Tersangka Hadir

Ketegangan memuncak ketika tersangka UA tiba di lokasi.

Tiba-tiba, seorang wanita berpakaian biru menerobos barisan pengamanan dan berlari mendekat.

Dengan emosi yang meluap, ia melempar kata umpatan keras:

"Anjing kau!"

Namun sebelum mendekati terlalu jauh, wanita tersebut langsung diamankan oleh petugas keamanan.

Melihat situasi semakin memanas, polisi akhirnya memperketat penjagaan dan membatasi akses pandang warga ke area rekonstruksi.

Gang Kapas ditutup total demi menjaga kelancaran dan objektivitas proses hukum.

Walau polisi telah melarang dokumentasi, sejumlah warga tetap mencoba merekam suasana dari kejauhan menggunakan ponsel.

Teriakan dan isak tangis terdengar di balik garis polisi.

Banyak yang tak kuasa menahan emosi saat mendengar kabar adanya adegan kekerasan yang diperagakan dalam rekonstruksi.

Petugas kepolisian tampak bekerja keras untuk mengendalikan massa.

Imbauan agar warga tetap tenang dan menghormati proses hukum terus disuarakan melalui pengeras suara.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved