Kecelakaan di Sintang

"Bunyi Ledakan Ban Saya Masih Ingat" Kisah Samsu Sopir Tangki BBM yang Selamat dari Maut

Laka tunggal yang dialami Samsu terjadi begitu cepat. Siang itu, cuaca cerah, arus lalu lintas lancar dan jalan lurus. 

Penulis: Agus Pujianto | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/AGUS PUJIANTO
KORBAN KECELAKAAN - Anggota Satlantas Polres Sintang menjenguk Samsu, sopir Truk Tangki BBM yang mengalami laka tunggal di depan jembatan timbang jalan Sintang-Pontianak. Samsu sudah diperbolehkan pulang ke rumah di Kelurahan Ladang, Kecamatan Sintang. 

Beberapa orang warga tampak bergegas, berlari mendekati SM, mengangkat lalu menariknya menjauh dari kobaran api yang mulai melahap tangki BBM dibawa ke warung terdekat. 

"Sopirnya udah terpelanting di luar. Dia sendirian. Sekitar 2 menit setelah kami angkat, baru besar apinya," kata Roni. 

Ban Dalam Kiri Belakang Pecah 

Satu Ban dalam sebelah kiri bagian belakang mobil Tangki muatan pertalit yang dibawa Samsu sudah pecah sejak melintasi jalan sekitar Kayu Lapis. 

Samsu, sempat berhenti sebentar di sekitar tapang semadak untuk menambal ban. 

"Asal mulanya kita pecah ban satu. Seingat saya dari kayu lapis, ban belakang kiri bagian dalam. Saya ndak berhenti, ada salah satu bengkel ban di tapang semadak, tutup," ungkap Samsu. 

Samsu, bukan sopir amatir. Dia sudah berpengalaman. Bahkan, baru baru ini memperoleh predikat Awak Mobil Tangki (AMT) terbaik. Penghargaan itu diberikan oleh PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Manager Sintang pada Juni 2025. 

Setelah satu dari enam ban bocor, Samsu memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Seharusnya, 5000 liter pertalite yang dibawanya itu akan dibawa ke Menukung, Kabupaten Melawi. Namun, dia memutuskan untuk ke Sintang

"Saya berusaha bawa mobil kita itu ke bengkel langganan perusahaan di baning. Oleh karena itu mobil menuju ke kota Sintang, seharusnya ke Menukung," kata Samsu. 

Namun naas, sesampainya di dekat jembatan timbang, ban belakang bagian luar sebelah kiri ikut meledak. Mobil oleng ke kiri sebelum terbalik hingga terbakar. 

"Mungkin faktor panas, muatan lagi kan. Pecah lagi sebelah, habis ban kiri belakang. Dia tetap bisa tumbang. Apalagi dalam keadaan jalan," katanya. 

Samsu yakin, kecepatan saat itu tidak lebih dari 60 kilometer per jam. Sebab, jika lebih dari itu, maka alarm GPS otomatis langsung menyala. 

"Pecah di tempat kejadian. Pecah satu lagi. Kecepatan kita pun 40 lah. Karena mobil itu di atas Kecamatan 40 bunyi alaramnya. Udah terpasang GPS dan alarm. Ditegur langsung sama operator GPS. Kondisi mobil miring ke kiri. Langsung terbalik," ungkap Samsu. (*)

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved