Kapuas Hulu Dalam Data

Dua Kuliner Ekstrem Khas Danau Sentarum Kapuas Hulu yang Wajib Dicicipi Jika Berkunjung

Berikut dua kuliner ekstrem yang menjadi ciri khas di kawasan Danau Sentarum Kapuas Hulu Kalimantan Barat Indonesia.

Editor: Rizky Zulham
Dok. Istimewa
DANAU SENTARUM - Pemandangan indah Danau Sentarum dilihat dari ketinggian. Berikut dua kuliner ekstrem yang menjadi ciri khas di kawasan Danau Sentarum Kapuas Hulu Kalimantan Barat Indonesia. 

Menariknya, proses panen madu hutan ini dilakukan tepat pada tengah hari, berkisar antara pukul 11.00 hingga pukul 13.00 WIB, saat matahari sedang terik-teriknya.

Dari Semangit, beberapa anggota periau kemudian membawa kami menyusuri salah satu sarang madu hutan yang ada di kawasan danau menggunakan speedboat.

Satu speedboat bermesin 15 PK berbahan fiberglas maksimal berisi tiga orang. Apa tidak disengat lebah? Pertanyaan itu kerap muncul saat sebelum mencapai lokasi panen.

Jangan khawatir, saat berada di atas speedboat, kita akan diselimuti dengan kelambu dan beberapa pengaman lainnya.

Tentu saja, kita wajib menggunakan jaket atau baju lengan panjang serta topi. Untuk menghindari serangan lebah dan tentu saja supaya kulit tidak gosong disengat sinar matahari.

Sebelum memulai proses panen, seorang anggota merapalkan syair-syair senandung.

Lirik dalam senandung tersebut, dipercaya masyarakat bisa menggiring lebah untuk menjauh dari sarang.

Ada beberapa jenis senandung yang dilantunkan, salah satunya yang mengiringi saya saat memanjat pohon untuk mengambil setiap detail gambar proses panen.

Selain diawali dengan bersenandung, orang yang bertugas untuk memanen juga mempersiapkan obor suluh yang dibuat dari bahan akar menyadin (bahasa lokal) yang dirangkai menjadi satu.

Asap dari suluh itu juga dimaksudkan mengusir lebah menjauh dari sarang untuk sementara.

Lebah hutan Apis Dorsata membuat sarang di dahan buatan yang disebut Tikung yang sengaja ditaruh di dahan pohon-pohon berdahan kecil yang ada di kawasan danau.

Penggunaan Tikung ini pun sudah berlangsung puluhan tahun dan dipertahankan hingga saat ini.

Tikung dibuat dari batang pohon yang dibelah dengan lebar berkisar 20-30 sentimeter dengan panjang 1,2 hingga 2 meter.

Rata-rata setiap periau memiliki 300-500 tikung. Satu sarang lebah yang menempel di Tikung bisa menghasilkan madu hingga 10 kilogram.

Oh ya, untuk proses panen ini, para periau menggunakan teknik panen lestari.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved