Berita Viral
Ekstrem, Tradisi Potong Jari Suku Dani Papua dan Pergulatan Emosional di Era Modern
Dalam budaya ini, duka tidak cukup diungkapkan dengan air mata; bagian tubuh pun harus rela dikorbankan.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID – Di balik pegunungan hijau Papua, tersimpan sebuah tradisi duka yang begitu dalam dan menyakitkan niki paleg, ritual potong jari dari Suku Dani.
Tradisi ini bukan sekadar bentuk berduka, tapi juga simbol cinta dan pengorbanan kepada orang tercinta yang telah meninggal dunia.
Dalam budaya ini, duka tidak cukup diungkapkan dengan air mata; bagian tubuh pun harus rela dikorbankan.
Namun di tengah arus perubahan zaman, praktik ekstrem ini perlahan mulai ditinggalkan oleh generasi muda.
“Ibu bapak saya tidak lagi menjalankan tradisi niki paleg. Terakhir yang melakukannya adalah nenek saya,” ujar Melkianus Dogipai (29), pemuda asal Suku Mee, Papua Tengah.
Meski mulai ditinggalkan, jejak emosionalnya masih terasa, seperti kisah Amin Momiage yang memotong ujung jarinya saat sang ibu meninggal.
Kini, masyarakat adat Papua dihadapkan pada pilihan: melestarikan warisan budaya atau menemukan cara baru untuk merawat kenangan.
• Minum Oli Bekas Bayi di Ngawi Meninggal Sempat Alami Pendaharan dari Hidung dan Kejang-kejang
[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]
Apa Itu Tradisi Niki Paleg dalam Budaya Suku Dani Papua?
Mengapa Jari Harus Dipotong untuk Menunjukkan Rasa Duka?
Niki paleg adalah praktik memotong ruas jari sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada anggota keluarga yang telah meninggal.
Dalam pandangan masyarakat adat Dani yang mendiami wilayah pegunungan Papua, kehilangan bukan sekadar air mata, tetapi juga pengorbanan fisik.
Jari yang dipotong biasanya bukan ibu jari, melainkan ruas-ruas dari jari lain.
Pemotongan dilakukan oleh keluarga inti: orang tua, saudara kandung, atau anak dari mendiang.
Ritual ini dipercaya dapat mencegah datangnya bencana lain yang bisa mengancam nyawa anggota keluarga lainnya.
Apa Makna Simbolik di Balik Tradisi Ini?
Menurut penelitian Bagaskoro Bisono Putro dan Ananda Salsabila Nadira dalam makalah berjudul "Makna di Balik Tradisi Niki Paleg Suku Dani di Papua", pemotongan jari merupakan simbol fisik dari kehilangan emosional.
Jari, sebagai bagian tubuh yang membantu dalam aktivitas sehari-hari, dianggap berharga.
Maka, kehilangan jari menjadi perwujudan konkret dari rasa kehilangan yang mendalam atas kepergian orang tercinta.
• Tragis Artis Wanita Ditemukan Meninggal Setahun Setelah Kematiannya, Organ Tubuh Hancur Warna Hitam
Apakah Tradisi Niki Paleg Masih Dilakukan Saat Ini?
Bagaimana Pandangan Generasi Muda Papua terhadap Tradisi Ini?
Kini, tradisi potong jari mulai jarang ditemukan.
Generasi muda dari Suku Dani dan Mee (suku besar lainnya di Papua) mulai meninggalkan praktik tersebut, baik karena alasan kesehatan, pendidikan, maupun pengaruh modernisasi.
“Ibu bapak saya tidak lagi menjalankan tradisi niki paleg. Terakhir yang melakukannya adalah nenek saya,” ujar Melkianus Dogipai (29), pemuda asal Suku Mee, Kabupaten Paniai, Provinsi Papua Tengah, saat diwawancarai Tribun-Timur.com, Sabtu (12/7/2025).
Melkianus mewakili suara generasi baru Papua yang masih memegang teguh nilai budaya, tetapi mulai menimbang ulang praktik-praktik ekstrem yang bisa membahayakan fisik.
Ia mengakui bahwa nilai kesedihan tetap ada, namun dapat diekspresikan dengan cara lain yang lebih aman.
Siapa Saja yang Masih Pernah Menjalani Tradisi Ini?
Amin Momiage, seorang eks jurnalis asal Wamena, pernah menjalani tradisi potong jari saat ibunya meninggal.
Ia memotong ujung jari tengahnya sebagai bentuk duka yang mendalam. “Waktu itu, saya merasa harus melakukannya. Itu adalah cara saya menunjukkan cinta dan kehilangan,” ujarnya.
Kisah seperti Amin menjadi cerminan dilema antara loyalitas budaya dan tekanan zaman yang terus berubah.
Bagi sebagian orang, ritual itu adalah bentuk tanggung jawab dan penghormatan.
Bagi yang lain, itu adalah warisan yang perlu direfleksikan ulang.
Bagaimana Tradisi Potong Jari Dikenal di Luar Papua?
Apakah Praktik Serupa Ada di Negara Lain?
Tradisi potong jari ternyata tidak hanya eksklusif dimiliki oleh Suku Dani.
Di Jepang, kelompok Yakuza, organisasi kejahatan tertua di dunia, juga memiliki tradisi serupa bernama Yubitsume.
Apa Itu Yubitsume dalam Budaya Yakuza?
Yubitsume adalah praktik memotong satu ruas jari kelingking sebagai bentuk permintaan maaf atau hukuman atas pelanggaran kode kehormatan dalam organisasi.
Tradisi ini bermula dari para bakuto (penjudi) dan kemudian menyebar ke komunitas tekiya (pedagang keliling), hingga menjadi bagian dari budaya Yakuza yang menjunjung tinggi kehormatan dan loyalitas.
Berbeda dari Niki Paleg yang berbasis pada emosi duka dan spiritualitas keluarga, Yubitsume justru menjadi alat kontrol sosial di lingkungan kriminal.
Semakin banyak jari yang hilang, semakin tergantunglah seorang kobun (anggota biasa) kepada oyabun (pemimpin mereka).
Apakah Tradisi Potong Jari Masih Relevan di Era Modern?
Antara Pelestarian Budaya dan Perlindungan Hak Asasi
Tradisi seperti niki paleg memang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Papua.
Namun, tantangan muncul ketika nilai-nilai modern, kesehatan, dan hak asasi manusia mulai mendapat tempat dalam masyarakat adat.
Banyak tokoh adat dan generasi muda kini berupaya mengedukasi masyarakat untuk mengekspresikan duka dengan cara yang lebih aman, tanpa menghilangkan makna spiritual dan kekeluargaan yang dalam.
“Budaya bisa berubah tanpa kehilangan rohnya,” kata Melkianus. “Yang penting adalah rasa hormat dan cinta tetap hidup, meski tidak lagi harus ditandai dengan darah.”
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul Alasan Suku Dani Papua Potong Jari-jari atau Niki Paleg
• Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
• Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!
Tradisi potong jari Papua
Niki paleg suku Dani
Tradisi duka suku Dani
Potong jari suku Dani Papua
Tradisi ekstrem Papua
Budaya duka di Papua
Suku Dani Papua
Pemotongan jari karena duka
Nadiem Makarim Tersangka Korupsi Chromebook! Sempat Diperksa KPK, Kasus Lain di Kemendikbudristek |
![]() |
---|
OJK Klaim Tak Ada Transaksi Uang Aneh Sepanjang Aksi Demo Unjuk Rasa Massa 2025 |
![]() |
---|
Penyebab Kapal Pesiar Mewah Rp 16 M Tenggelam, Kronologi Tragedi 15 Menit hingga Kondisi Penumpang |
![]() |
---|
Muncul Perdana di Layar Kaca, Uya Kuya Mengaku Ikhlas Rumahnya Dijarah Massa |
![]() |
---|
CEK Daftar Nama Honorer Resmi Jadi PPPK Paruh Waktu 2025 Lengkap dengan Status Terbaru |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.