Windy Bersama Pegiat Mangrove di Mempawah Edukasi Eco Nipah sebagai Alternatif Pengganti Plastik

Edukasi ini sekaligus mengajak anak muda di Mempawah belajar menganyam wadah bibit mangrove dari daur daun nipah.  

Penulis: Anggita Putri | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Anggita Putri
ECO NIPAH - Kadisporapar Kalbar, Windy bersama Pegiat Mangrove di Mempawah berikan edukasi pengginaan Eco nipah sebagai alternatid pengganti plastik. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MEMPAWAH - Kadisporapar Provinsi Kalimantan Barat, bersama Pegiat Mangrove di Mempawah memberikan edukasi Ecological Nipah (Eco Nipah) kepada pemuda di Kabupaten Mempawah.

Edukasi ini sekaligus mengajak anak muda di Mempawah belajar menganyam wadah bibit mangrove dari daur daun nipah.  

Inovasi ramah lingkungan ini awalnya muncul dari para pegiat mangrove di Kabupaten Mempawah. Mereka memperkenalkan Ecological Nipah atau disingkat Eco Nipah sebuah media tanam alternatif yang memanfaatkan daun nipah sebagai pengganti plastik polibag dalam kegiatan pembibitan mangrove.

Inovasi ini pun mendapat apresiasi langsung dari Kadisporapar Kalbar, Windy Prihastari yang menyebutkan bahwa dengan penggunaan Eco Nipah ini bisa menjadi media pengganti polibag untuk pembibitan hingga penanam bibit mangrove.

“Penggunaan Eco Nipah ini sangat ramah lingkungan, karena bisa mudah terurai. Beda dengan polibag yakni sampah plastik yang proses terurainya lama memakan waktu hingga ratusan tahun,”ujarnya.

Ditempatkan yang sama, Ketua Mempawah Mangrove Conservation, Fajar, menjelaskan ide ini lahir dari keinginan untuk mengurangi ketergantungan pada plastik sekali pakai dalam kegiatan pelestarian pesisir.

Melalui diskusi bersama para relawan dan melihat potensi sumber daya alam lokal, lahirlah gagasan menggunakan daun nipah yang mudah ditemukan di wilayah Mempawah.

“Dari diskusi bersama teman-teman dan melihat sumber daya yang ada, terbesitlah kenapa kita tidak menggunakan daun nipah sebagai pengganti polibag. Lalu muncul nama Eko Nipah, singkatan dari Ecological Nipah,” ujar Fajar.

Baca juga: Akaselerasi RPJMD Kalbar 2025-2030, Pemprov Launching Program Energi Muda dan Pencanangan GWB 

Menurutnya, penggunaan daun nipah bukanlah hal baru, namun menjadi pemantik penting di Mempawah untuk mendorong gerakan konservasi yang lebih ramah lingkungan di tingkat tapak.

“Selama ini, kegiatan pembibitan mangrove sering menggunakan polibag plastik, yang jika tidak dikelola dengan baik, bisa mencemari lingkungan. Dengan Eco Nipah, kita tidak hanya melestarikan pesisir, tapi juga mengurangi sampah plastik,” jelasnya.

Fajar menambahkan bahwa Eco Nipah memiliki ketahanan cukup untuk proses pembibitan mangrove, meskipun sifatnya mudah terurai. Berdasarkan uji coba awal, daun nipah bisa bertahan hingga 3 bulan, terutama jika tertanam di lumpur pesisir yang mempercepat proses dekomposisi.

“Karena terbuat dari daun, tentu aman bagi lingkungan. Kalau terkena panas dan hujan, dalam beberapa bulan akan terurai seperti daun biasa. Jadi tidak meninggalkan residu berbahaya,” tuturnya.

Lebih dari sekadar untuk pembibitan, Fajar juga melihat potensi pemanfaatan daun nipah dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sebagai bahan baku besek untuk membagikan daging kurban saat Idul Adha.

“Kita coba edukasi juga bahwa dari sumber daya yang melimpah ini, kita bisa buat banyak hal bermanfaat yang lebih ramah lingkungan,” katanya.

Meskipun masih dalam tahap awal baru digunakan selama sebulan Eco Nipah diharapkan menjadi inspirasi gerakan lingkungan yang lebih luas di Kalimantan Barat.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved