Ragam Contoh

Penjurusan di SMA Bakal Dihidupkan Kembali, Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa Menjadi Perhatian Baru

Ia juga mengkhawatirkan kemungkinan munculnya kembali stigma hierarki jurusan, yang dinilai tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat 5.0

Genered by AI
JURUSAN SEKOLAH- Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, menyampaikan bahwa kebijakan ini akan kembali diberlakukan untuk mendukung pelaksanaan Tes Kemampuan Akademik (TKA), yang akan menggantikan Ujian Nasional (UN).  

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID- Rencana pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk mengaktifkan kembali sistem penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) memicu berbagai tanggapan. 

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, menyampaikan bahwa kebijakan ini akan kembali diberlakukan untuk mendukung pelaksanaan Tes Kemampuan Akademik (TKA), yang akan menggantikan Ujian Nasional (UN). 

Menurutnya, materi dalam TKA akan disesuaikan dengan pelajaran yang biasa dipelajari oleh siswa berdasarkan jurusannya.

Namun, tak sedikit pihak yang menganggap langkah ini terlalu tergesa-gesa. Ina Liem, konsultan pendidikan dan CEO Jurusanku.com, mengkritisi kebijakan ini sebagai keputusan yang tidak matang.

Ia menilai ada kecenderungan personal dalam pengambilan kebijakan tersebut, yang terkesan meniadakan kebijakan menteri sebelumnya.

Menurutnya, dunia pendidikan seharusnya terbebas dari tarik-menarik kepentingan para pemimpin.

Ribuan Jemaah Hadiri Pengajian Akbar BKMT Mempawah Bersama Wabup Juli Suryadi Burdadi

Lebih jauh, Ina menegaskan bahwa inti permasalahan bukan terletak pada ada atau tidaknya penjurusan, melainkan pada kurangnya pembinaan karier, layanan bimbingan konseling yang maksimal, serta rendahnya literasi karier sejak jenjang pendidikan dasar. 

Ia menilai, kebijakan penjurusan justru bisa mengalihkan fokus dari persoalan-persoalan mendasar tersebut.

Ia juga mengkhawatirkan kemungkinan munculnya kembali stigma hierarki jurusan, yang dinilai tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat 5.0 yang menekankan pada pendekatan lintas disiplin. 

Negara-negara maju, menurut Ina, kini justru mendorong sistem pendidikan yang fleksibel dan tidak terkotak-kotak.

Jika Indonesia tetap mempertahankan cara lama, ia menilai sumber daya manusia Indonesia berisiko tertinggal dibanding negara-negara tetangga.

Di sisi lain, pengamat pendidikan dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jejen Musfah, melihat bahwa kebijakan ini bisa berdampak baik apabila ditopang dengan kesiapan sumber daya dan fasilitas sekolah, seperti jumlah guru yang sesuai jurusan, ketersediaan kelas, serta laboratorium pendukung. 

PERHATIKAN Tahapan Daftar SEABANK dan Gunakan Kode Referal Untuk Dapat Penghasilan Harian

Jika sarana prasarana memadai, siswa bisa berkembang sesuai dengan minat dan bakat mereka.

Meski begitu, Jejen juga mengingatkan bahwa tidak semua sekolah memiliki kemampuan untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut. 

Penjurusan yang dilakukan tanpa pemetaan minat dan bakat yang jelas justru bisa membingungkan siswa. 

Namun, ia mengakui bahwa bila dijalankan dengan tepat, penjurusan dapat membuat siswa lebih fokus, termotivasi belajar, dan membantu mereka dalam merencanakan pilihan studi di perguruan tinggi.

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved