Hiswana Migas Kalbar Terima Banyak Keluhan Wartawan Abal-abal Diduga Lakukan Pemerasan
penggunaan jeriken atau drum memiliki dasar hukum, yaitu surat pengantar dari desa atau pemerintah setempat.
Penulis: Tri Pandito Wibowo | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA
HISWANA MIGAS - Sekretaris Hiswana Migas Kalimantan Barat, Harry A Daya mengomentari banyaknya keluhan dari sejumlah anggota terkait dugaan pemerasan yang dilakukan oleh orang yang mengatasnamakan media atau wartawan abal-abal. Dia minta bekerja di SPBU harus menyalurkan BBM sesuai aturan, jangan sampai ada celah penyimpangan,
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Sekretaris Umum Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Kalimantan Barat, Harry Daya, mengungkapkan bahwa pihaknya menerima keluhan dari sejumlah anggota terkait dugaan pemerasan yang dilakukan oleh orang yang mengatasnamakan media atau wartawan abal-abal.
"Beberapa anggota Hiswana Migas melapor ke saya. Saya selalu sampaikan kepada mereka bahwa yang bekerja di SPBU harus menyalurkan BBM sesuai aturan, jangan sampai ada celah penyimpangan," ujar Harry pada Sabtu 8 Maret 2025.
Ia menjelaskan bahwa di beberapa daerah pelosok sering terjadi perbedaan antara aturan dan kondisi lapangan.
Salah satunya adalah pembelian BBM menggunakan jeriken atau drum karena tidak adanya SPBU di wilayah tersebut.
Menurutnya, penggunaan jeriken atau drum memiliki dasar hukum, yaitu surat pengantar dari desa atau pemerintah setempat.
Namun, dalam praktiknya, ada pihak yang tidak memahami aturan ini, termasuk aparat, LSM, dan oknum wartawan yang kerap menyoroti hal tersebut.
"Terkadang ada wartawan yang mencari celah untuk menekan pengusaha SPBU dengan dalih pemberitaan. Beberapa anggota Hiswana Migas bahkan mengaku pernah diperas. Saya tegaskan, kalau kita merasa benar, tidak perlu mengikuti kemauan mereka," tegasnya.
Harry mengimbau anggotanya untuk tidak memberikan sesuatu kepada oknum wartawan abal-abal yang mencari keuntungan pribadi.
"Ada yang berniat baik memberi uang sebagai bentuk simpati, tapi justru disalahgunakan dan dikatakan sebagai bentuk suap. Saya selalu tekankan, lebih baik tidak memberi apa-apa jika kita sudah menjalankan aturan dengan benar," ujarnya.
Selain itu, Harry juga menyebut bahwa beberapa pemilik SPBU merasa khawatir akibat informasi yang beredar di media sosial.
Mereka takut reputasi mereka tercoreng atau kuota BBM mereka dibatasi akibat pemberitaan yang tidak proporsional.
Ia yang juga merupakan bagian dari media paham benar bagaimana kerja media. Saat ini banyak oknum yang mengaku media hanya bermodalkan website. Padahal suatu media mempunya persyaratan dan terdaftar di dewan pers.
"Sebenarnya jangan takut dengan pemberitaan yang tidak proforsional karena ada beberapa media kebanyakan yang meminta uang dan sebenarnya itu bukan media (abal-abal). Banyak media yang hanya mencari keuntungan pribadi dan sebenarnya bukan media yang resmi, media resmi tidak meminta uang," pungkasnya.
- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!
Rekomendasi untuk Anda
Baca Juga
Terkenal Dekat Dengan Wartawan, Banda Kolaga Kadis LH Landak Resmi Masuk Masa Purna Tugas |
![]() |
---|
Serangan Rp 3 Miliar, Nikita Mirzani Sebut Owner Skincare Daviena Banyak Mulut |
![]() |
---|
Diduga Lakukan Pemerasan terhadap Pengusaha, Oknum Wartawan Diamankan Polisi |
![]() |
---|
OTT di Pontianak, Pria 51 Tahun Terjaring Operasi Tangkap Tangan hingga Polisi Amankan Barang Bukti |
![]() |
---|
Gubernur Ria Norsan Terima Audiensi PWI Kalbar, dan Siap Perkuat Sinergi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.