Imlek dan Cap Go Meh 2025

Kisah Fui Li Menjadi Tatung Perempuan Menjaga Tradisi Leluhur

FuiLi merasakan jantung berdebar, kepala pusing, dan pandangan yang semakin gelap. Suara orang-orang pun terdengar semakin menjauh.

Penulis: Tri Pandito Wibowo | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/TRI PANDITO WIBOWO
TATUNG PEREMPUAN - FuiLi (20) mencuri perhatian karena usianya yang muda dan perannya sebagai tatung. FuiLi, yang telah menjadi tatung sejak usia 15 tahun, menceritakan pengalamannya yang penuh warna. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINGKAWANG – Cap Go Meh merupakan perayaan penutup Tahun Baru Imlek yang jatuh 15 hari setelah Imlek, selalu dimeriahkan dengan arak-arakan tatung di Kota Singkawang.

Tatung, yang dipercaya memiliki kekuatan supranatural dan bisa dirasuki roh dewa, berperan sebagai penolak bala dan pembawa keberuntungan. Selain itu, mereka juga dianggap mampu menyembuhkan penyakit dan meramal, menjadikan perayaan ini penuh makna spiritual dan harapan.

Di tengah keramaian perayaan Cap Go Meh di Singkawang, FuiLi (20) mencuri perhatian karena usianya yang muda dan perannya sebagai tatung.

FuiLi, yang telah menjadi tatung sejak usia 15 tahun, menceritakan pengalamannya yang penuh warna.

Sebelum dirasuki, FuiLi merasakan jantung berdebar, kepala pusing, dan pandangan yang semakin gelap. Suara orang-orang pun terdengar semakin menjauh.

"Pengalaman pertama kali dirasukan itu sebelum masuk gitu ya, hati saya tuh kayak berdeg-degan gitu. Terus kepala saya jadi kayak pusing gitu, terus kelihatannya tuh gelap, sedikit gelap, semakin gelap-gelap gitu. Terus suara orang-orang tuh semakin jauh," ujarnya kepada tribunpontianak.co.id, di Jalan Pulau Natuna, Kota Singkawang, Kamis, 13 Februari 2025 sore.

Saat menjadi tatung, FuiLi mengaku tidak sadar sepenuhnya.

Ia hanya bisa melihat apa yang direkam oleh kamera. Namun, ada perasaan takut yang menyelimuti, terutama saat melihat tandu, alat tajam yang digunakan saat ritual.

"Perasaan takut itu ada, soalnya kan tandu itu kan barang tajam ya. Nanti kita takut kegores atau kegesek atau apa itu kan," kata FuiLi.

FuiLi mengungkapkan bahwa dewa yang pertama kali merasukinya adalah dewa anak kecil bernama Fung Lian Xiao Hai. Dewa ini selalu berkomunikasi dengannya melalui mimpi, menyampaikan pesan-pesan tentang persiapan ritual.

"Dia komunikasi sama saya lewat mimpi. Dia mau sampaikan ini-ini dan malamnya pas tidur dia sampaikan kayak gini-gini, sebelum Cap Go Meh dia pasti ada datang di mimpi," jelasnya.

Baca juga: Pemkot Singkawang Siapkan Mentoring Program Makan Bergizi Gratis

Menjadi tatung bukanlah tanpa tantangan. FuiLi harus menjalani ritual puasa selama tiga hari, menghindari daging dan tempat gelap. Ia juga harus menjaga kondisi tubuh agar tetap fit.

"Kondisi tubuh saya itu sebelum Cap Go Meh itu bisa menjadi capek gitu. Kita tidurnya kurang cukup bisa juga jadi capek gitu. Jadi emang harus dijaga banget gitu," tuturnya.

Meski demikian, FuiLi merasa bertanggung jawab untuk meneruskan dan menjaga tradisi leluhurnya. Ia juga ingin membantu orang lain melalui kemampuan yang dimilikinya.

"Kalau yang ngobat sih masih sama bapak saya. Karena bapak saya kan masih ada di sini, juga ada sifu. Biasanya yang datang konsultasi juga bapak saya yang ngobatin. Kalau gak ada bapak saya, kemungkinan saya," kata FuiLi.

FuiLi berharap dapat terus belajar dan mengembangkan kemampuannya sebagai tatung. Ia juga ingin memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. (*)

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS

Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved