Ragam Contoh

Penyebab Doom Spending, Sifat Genz dan Alpha yang Masuk dalam Kriteria Buruk

Di Amerika, tercatat lebih dari seperempat warga Amerika menghabiskan uang untuk mengatasi stres di tengah situasi ekonomi dan politik.

Dok. Kompas.com
Ilustrasi belanja. Mulai 2025, Jangan Lagi Beli Barang-barang Berikut Ini Jika Tak Ingin Jatuh Miskin. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID- Fenomena doom spending ini tidak hanya terjadi di Amerika, tapi juga sejumlah negara. Mungkin juga termasuk Indonesia.

Tren doom spending mendadak membanjiri media sosial akhir-akhir ini.

Mengutip CNBC, hal itu terlihat dari fenomena di mana anak-anak muda dari Generasi Z dan milenial yang menghabiskan uang untuk barang mewah alih-alih menabung.

Di Amerika, tercatat lebih dari seperempat warga Amerika menghabiskan uang untuk mengatasi stres di tengah situasi ekonomi dan politik.

Untuk tahu apakah tren doom spending juga dilakukan generasi muda di Indonesia, pahami definisi dan penyebabnya seperti melansir CNBC berikut ini!

Asal Usul Istilah Lavender Marriage

Definisi Doom Spending

Doom spending adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku belanja tanpa kendali yang dilakukan untuk meredakan stres atau kecemasan, terutama saat seseorang merasa pesimis tentang masa depan.

Fenomena ini semakin banyak dibicarakan di media sosial dan menjadi tren di kalangan Generasi Z dan milenial.

Menurut Psychology Today, doom spending terjadi ketika seseorang melakukan belanja impulsif sebagai cara untuk mengatasi perasaan negatif terkait ekonomi atau masa depan yang tidak pasti.

Penyebab Doom Spending

Generasi muda saat ini, terutama Gen Z dan milenial, merasa terpapar pada berita buruk secara terus-menerus.

Hal itu membuat generasi muda ini merasakan pesimisme yang mendalam terhadap masa depan.

Alhasil, mereka jadi cenderung melarikan diri ke aktivitas belanja untuk mendapatkan perasaan sementara atas kontrol dalam dunia yang terasa tidak terkendali.

"Itu membuat mereka merasa seperti Armageddon," ungkap Ylva Baeckström, penasihat keuangan senior di King’s Business School dan mantan bankir.

Generasi Z dan milenial tumbuh di tengah ketidakpastian ekonomi dan krisis global, termasuk pandemi Covid-19 dan krisis keuangan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved