Natal dan Tahun Baru 2025
Jelang Tahun Baru 2025, BKHIT Kalbar PLBN Badau Imbauan Masyarakat Cegah Penyakit ASF
Muamar Darda menjelaskan, penyakit African Swine Fever atau yang biasa dikenal dengan demam babi afrika adalah salah satu penyakit pada babi yang dise
Penulis: Sahirul Hakim | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KAPUAS HULU - Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) Kalimantan Barat Satpel PLBN Nanga Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak membawa ataupun melakukan kontak dengan hewan babi dan produknya, baik keluar dari Indonesia maupun ke dalam Indonesia.
Ketua Tim Karantina Hewan BKHIT Kalbar, drh. Muamar Darda, menyampaikan bahwa mengapa pihaknya terus memberikan imbauan, karena telah kejadian baru penyakit African Swine Fever (ASF), tepatnya di daerah Mongkos Distrik Tebedu, Sarawak Malaysia, dan pemerintah Malaysia juga telah mengeluarkan edaran terkait ASF tersebut.
"Larangan atau imbau tesebut untuk bersama-sama kita mencegah kejadian baru penyakit ASF di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia daerah Kabupaten Kapuas Hulu, apa lagi menjelang tahun baru 2025, tentunya ada masyarakat kita pulang ke Indonesia atau berlibur ke Malaysia," ujarnya, Minggu 22 Desember 2024.
Dijelaskannya, penyakit African Swine Fever (ASF), tepatnya di Mongkos Distrik Tebedu, Sarawak Malaysia, sangat berdampak negatif yang cukup besar, akan sangat merugikan masyarakat perbatasan baik dari segi ekonomi maupun kesehatan ternak warga perbatasan.
• BPBD Kapuas Hulu Sebut Debet Air Sungai Kapuas Daerah Perhiliran Tinggi
"Mari bersama sama kita waspada dan cegah ASF, dimulai dari kita, oleh kita dan untuk kita semua," ucapnya.
Muamar Darda menjelaskan, penyakit African Swine Fever atau yang biasa dikenal dengan demam babi afrika adalah salah satu penyakit pada babi yang disebabkan virus non zoonosis (tidak menular ke manusia) yang menyerang baik babi liar maupun babi ternak di segala umur dan menyebabkan babi sakit dengan tingkat kematian mencapai 100 persen.
"Untuk diketahui sampai saat ini belum ada cara efektif dalam pengobatan penyakit ASF. Belum adanya vaksin dan media penyebaran virus yang sangat beragam (kontak langsung dengan babi tertular, pakan sisa, orang, objek yang dapat membawa agen penyakit seperti pakaian, sepatu, peralatan kandang, kendaraan, dan sebagainya) menambah kesulitan penanggulangan ASF sampai saat ini," ujarnya.
Kemudian, babi tertular yang tidak menunjukkan gejala klinis ASF juga menjadi carrier (agen pembawa), sehingga apabila terjadi kasus di satu kandang, maka babi di kelompok tersebut harus segera dipisahkan untuk mencegah penularan ke kelompok lainnya.
"Pastinya kami terus melakukan optimalisasi pengawasan lalu lintas barang, khususnya untuk babi dan turunannya sebagi upaya untuk mencegah infeksi virus ASF di wilayah perbatasan," ungkapnya. (*)
- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!
| PTPN IV PalmCo Gulirkan Rp7,4 Miliar Program TJSL Momen Natal dan Tahun Baru |
|
|---|
| Pemda Kapuas Hulu Sampaikan Terimakasih Perayaan Natal dan Tahun Baru Berjalan Aman dan Kondusif |
|
|---|
| Sebanyak 520 Anggota Polres Kubu Raya Gabungan Amankan Malam Pergantian Tahun |
|
|---|
| Pj Wako Pontianak Rayakan Tahun Baru dengan Sukacita, Tetap Jaga Kamtibmas |
|
|---|
| Momen Spesial : Pj Wali Kota Singkawang Harapkan Kota Lebih Baik di 2025 |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.