Dinas Kesehatan Sambas Catat 15 Kasus Gondongan Selama 2024

"Di Jakarta, tercatat 1.234 kasus antara Januari hingga Juni 2024, meningkat dari 876 kasus pada periode yang sama tahun sebelumnya," katanya.

Penulis: Imam Maksum | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/IMAM MAKSUM
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas, dr Ganjar Eko Prabowo. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat mencatat jumlah kasus gondongan di Kabupaten Sambas sebanyak 15 kasus, Minggu 13 Oktober 2024.

Jumlah kasus gondongan yang tercatat 15 kasus ini merupakan periode Januari hingga Juni 2024.

"Di kabupaten Sambas, terlaporkan jumlah kasus mumps atau gondongan sejak bulan Januari sampai Juni 2024 terdapat 15 kasus," ucap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas dr Ganjar Eko Prabowo.

Ganjar Eko Prabowo merincikan, dari kasus tersebut terdiri dari 8 berjenis laki-laki dan 7 jenis kelamin perempuan. Kasus itu terjadi pada bayi, anak-anak bahkan orang dewasa.

"Rentang umur bayi 1–11 bulan 2 orang, 4–9 tahun berjumlah 5 orang, 10-14 tahun ada 2 orang, 15-19 tahun 1 orang, 24 tahun 2 orang, di atas 45 tahun 3 orang," ungkapnya.

Baca juga: Kadis Kesehatan Sambas Ungkap Cara Cegah Penyakit Gondongan

Lebih jauh, Ganjar menjelaskan mumps atau gondongan adalah infeksi virus yang disebabkan oleh virus mumps.

Penyakit ini menyerang kelenjar parotis, yang merupakan salah satu kelenjar penghasil air liur yang terletak di dekat telinga.

"Infeksi ini menyebabkan kelenjar tersebut membengkak, sehingga menghasilkan penampilan khas bengkak di sekitar pipi atau rahang," ujarnya.

Ganjar menerangkan, gondongan umumnya menyerang anak-anak namun orang dewasa juga bisa terkena.

Terkait itu, Ganjar menyebutkan sejumlah gejala mumps. Mulai dari adanya pembengkakan pada kelenjar parotis, menyebabkan pipi terlihat bengkak.

"Gejala selanjutnya demam, sakit kepala, nyeri saat mengunyah atau menelan, kelelahan dan nyeri otot," katanya.

Mumps, imbuh dia, biasanya menyebar melalui kontak langsung dengan air liur atau sekresi pernapasan dari orang yang terinfeksi. 

"Penyakit ini umumnya tidak berbahaya, namun pada kasus yang jarang, dapat menimbulkan komplikasi serius seperti meningitis, pankreatitis, atau orkitis (pembengkakan pada testis)," tuturnya.

Dia menjelaskan pencegahan terbaik adalah melalui vaksinasi MMR atau measles, mumps, rubella.

Sementara itu, jelas dia, pada 2024 kasus mumps atau gondongan di Indonesia mengalami peningkatan signifikan.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved