Borneo Mangrove Action Kolaborasi Jurusan Ilmu Kelautan FMIPA Untan dan Gemawan di Mempawah

Memiliki daya simpan karbon lebih tinggi dari hutan dan gambut, ekosistem pesisir ini juga habitat yang menyediakan ruang hidup bagi berbagai spesies.

Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTANAK/File Gemawan
Para Aktivis Gemawan bersama Mahasiswa Ilmu Kelautan FMIPA Untan melakukan penanaman mangrove di Desa Sungai Bakau Kecil, Mempawah. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Ekosistem mangrove memiliki manfaat besar dalam mitigasi dampak perubahan iklim.

Memiliki daya simpan karbon lebih tinggi dari hutan dan gambut, ekosistem pesisir ini juga habitat yang menyediakan ruang hidup bagi berbagai spesies.

“Melalui Borneo Mangrove Action, sejak 2022 silam Gemawan mengajak generasi muda menjaga khazanah ekosistem mangrove Kalbar,” ucap Lani Ardiansyah, pegiat Gemawan, saat melakukan aksi penanaman mangrove di Desa Sungai Bakau Kecil, Mempawah.

Ucup, panggilannya, menyebutkan jika degradasi ekosistem mangrove di pesisir Kalbar terus terjadi, hal ini dapat membahayakan warga.

Gemawan Lanjutkan Gerak Kolaborasi Aksi Jaga Pesisir Bertajuk Konservasi Borneo Mangrove Action 2024

“Khususnya warga di pesisir Kalbar, seperti kelompok nelayan, sangat rentan kehilangan sumber penghidupannya bila ekosistem mangrove terdegradasi tidak di rehabilitasi,” ujarnya.

“Karena itulah, Gemawan berkolaborasi dengan berbagai stakeholder, terutama Generasi Z Kalbar, untuk melakukan aksi-aksi berkelanjutan seperti ini,” lanjutnya.

Pada aksi yang dilakukan pada Minggu (26/05/2024) ini, Gemawan berkolaborasi dengan mahasiswa Jurusan Kelautan FMIPA Untan, Pemerintah Desa, serta komunitas lokal.

“Kami masih menggunakan metode selongsong bambu. Memang agak lama, karena selongsong bambu ini sekaligus menjadi tempat persemaian propagul. Dengan demikian, mangrove terlindungi dari sapuan ombak,” paparnya lebih lanjut.

Dewan Pendiri Gemawan, Hermawansyah, menyampaikan ancaman abrasi di desa kelahirannya sudah sedemikian nyata. “Sejak beberapa tahun terakhir, Gemawan memutuskan untuk mengajak masyarakat di sini untuk menyelamatkan ekosistem pesisirnya dari ancaman abrasi," ujarnya.

Memotret Kearifan Lokal dari Selongsong Bambu

“Metode selongsong bambu ini adalah temuan menarik, pengetahuan lokal, hasil diskusi dengan warga untuk bersama-sama menyelamatkan kawasan pesisir Mempawah,” imbuh Wawan, sapaannya.

Menurut Wawan, hal ini adalah model inisiasi mekanisme mitigasi dampak perubahan iklim berbasis masyarakat yang sangat baik. “Keterlibatan pihak perguruan tinggi seperti sekarang sangat diharapkan untuk memotret dari aspek akademis,” terangnya lagi.

“Tidak bisa dipungkiri, hari ini kita butuh kolaborasi dari semua pihak. Tidak bisa lagi kita bekerja sendiri. Makanya sinergi itu menjadi sangat penting untuk dibangun, sehingga semua pihak dapat terlibat sesuai dengan kapasitas dan sumber dayanya,” paparnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved