OPINI Perang Dagang AS-Tiongkok Berlanjut: Kesempatan Indonesia dalam Memajukan Pembangunan Ekonomi

Kebijakan ini digunakan oleh Trump untuk menyelidiki praktik perdagangan serta memberikan tarif bagi produk impor yang berasal dari Tiongkok.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/FILE
Najwa Annisa Fhoenna, Mahasiswi Universitas Tanjungpura, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Prodi Ilmu Hubungan Internasional. 

Pada 2020-2021, pandemi COVID-19 memperlambat arus Perang Dagang AS-Tiongkok karena alasan kemanusiaan. Namun, situasi ini tidak sepenuhnya menghentikan konflik di antara AS dan Tiongkok.

Perang ini berlanjut hingga sampai pada masa lengser kepresidenan Donald Trump yang digantikan oleh Joe Biden.

Joe Biden sebagai pemimpin baru, meninjau lebih lanjut mengenai Perang Dagang yang masih berlanjut.

Joe Biden selaku Presiden AS melanjutkan kembali kebijakan tarif impor, bahkan menaikan beberapa tarif terhadap barang tertentu.

Sebagai contoh, Biden meningkatkan tarif impor untuk kendaraan listrik dari China menjadi dua kali lipat dari tarif sebelumnya, yaitu 100 persen.

Tidak sampai di situ, Biden juga mengambil langkah untuk meningkatkan pungutan pajak untuk sejumlah produk baja dan aluminium sebesar 25 persen, serta meningkatkan tarif untuk produk semikonduktor sebesar 50 persen, setelah melakukan tinjauan terhadap kebijakan bea masuk yang diterapkan pada masa pemerintahan Trump.

Walau Trump dan Biden meyakini bahwa praktik perdagangan Tiongkok telah melanggar peraturan yang ada di dalam WTO, Biden memiliki strategi diplomasi yang berbeda dibandingkan dalam masa pemerintahan Trump silam.

Pendekatan diplomatis dilakukan oleh Presiden AS, Joe Biden sebagai upaya dalam penyelesaian konflik yang sudah terjadi selama kurang lebih 6 tahun.

Biden sudah beberapa kali berkomunikasi dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping.

Pendekatan dalam bentuk komunikasi ini juga digunakan oleh Biden sebagai bentuk konfrontasi dalam praktik perdagangan Tiongkok, terlebih lagi terhadap hubungan ekspor-impor antara dua belah negara mereka.

Biden mengatakan bahwa ia akan mengambil keputusan yang dirasa sesuai, jika hal ini dapat mengancam keamanan nasional negara Amerika Serikat.

Sedangkan bagi Xi Jinping, kebijakan tarif impor yang sudah dimulai oleh AS benar-benar tidak menguntungkan kedua negara mereka, terlebih lagi terhadap konsumen dari dua belah negara.

Xi mengatakan kalau ia tak akan tinggal diam dan akan mengambil tindakan yang dirasa sesuai pula bagi kesejahteraan negaranya.

Pemerintah di seluruh dunia telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi kerusakan yang ditimbulkan oleh perang dagang ini.

Salah satunya adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved