Kelompok Meriam Karbit Panglima, Pelestari Budaya Meriam Karbit Sejak Bertahun Lalu

Satu diantara Tim Meriam Karbit yang eksis sejak bertahun lalu yakni Kelompok Meriam Karbit Panglima. 

Penulis: Ferryanto | Editor: Faiz Iqbal Maulid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Ferryanto
Kelompok Meriam Karbit Panglima saat menyulut meriam karbit dari pipa raksasa. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK- Permainan Meriam Karbit sejak bertahun-tahun lalu telah menjadi tradisi di Kota Pontianak selama bulan suci Ramadan.

Di Kota Pontianak, selama sejak awal Ramadan hingga hari Raya Idul Fitri, warga tepian sungai Kapuas selalu memainkan Meriam Karbit.

Permainan Meriam Karbit di Pontianak sendiri tidak seperti di daerah lain, di sini, warga memainkan Meriam Karbit raksasa yang suaranya terdengar hingga seluruh penjuru kota.

Di Kota Pontianak warga secara berkelompok gotong rotong membentuk tim-tim Meriam Karbit.

Satu diantara Tim Meriam Karbit yang eksis sejak bertahun lalu yakni Kelompok Meriam Karbit Panglima. 

Kelompok ini berada di jalan Panglima A Rani, Kelurahan Tembelan Sampit, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak.

Kapolres Sekadau Apresiasi Festival Meriam Karbit Sebagai Upaya Melestarikan Budaya

Syarif Hasanuddin, Ketua kelompok Meriam Karbit Panglima mengatakan permainan Meriam Karbit di tepian sungai Kapuas sudah menjadi tradisi masyarakat sekitar sejak masa kejayaan Kesultanan Pontianak.

Ia bersama warga yang lain sendiri tidak memiliki tujuan lain dalam permainan Meriam Karbit ini selain melestarikan budaya khas Pontianak yang ada sejak dulu kala.

Permainan Meriam Karbit dilakukan sejak menyambut bulan Ramadan, setiap hari menjelang buka puasa, setelah Sholat Teraweh, hingga Idul Fitri. 

"Kita disini memainkan dari awal Ramadan, saat menjelang magrib berbuka puasa, hingga Idul fitri," tuturnya.

Secara swadaya ia bersama warga lain patungan untuk membuat sejumlah meriam, karena balok kayu raksasa sulit di dapat, saat ini mereka menggunakan pipa berukuran besar sebagai media untuk meriam.

Suara yang dihasilkan pun tidak kalah dengan meriam kayu biasanya.

"Balok kayu susah sekarang untuk dapatnya, jadi biar tetap melestarikan budaya Meriam Karbit ini, kami menggunakan pipa besar yang salah satu ujungnya di semen," tuturnya. 

Pj Gubernur Kalbar Ajak Masyarakat Lestarikan Budaya Meriam Karbit

Untuk menyulut satu Meriam Karbit agar bisa mengeluarkan suara keras, ia mengatakan membutuhkan sekira 0,5 Kg karbit.

Dalam prosesnya, karbit yang telah dihancurkan dalam bentuk kecil dimasukkan ke dalam meriam, lalu lubang meriam di tutup dengan menggunakan kertas koran.

Setelah 8 menit, meriam lalu di sulut dengan obor.

Sensasi menyulut meriam sendiri sangat mendebarkan.

Getaran Meriam Karbit raksasa saat di sulut begitu kuat hingga mampu membuat seluruh tubuh bergetar.

(*)

Dapatkan Informasi Terkini dari Tribun Pontianak via SW disini

Ikuti Terus Berita Terupdate Seputar Kalbar Hari Ini disini

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved