Kisah Rita Hastarita Ekspedisi Mengantar Sepatu Anak Pedalaman di Desa Tanjung Lokang, Kapuas Hulu

Ia juga terharu melihat anak-anak disana yang tetap rajin bersekolah. Walau hanya ada satu sekolah dasar dan lima guru yang mengabdi disana.

Penulis: Anggita Putri | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/TribunFile
Rita Hastarita membagikan pengalamannya saat melakukan eskpedisi mengantar sepatu anak pedalaman di Desa Tanjung Lokang, Kapuas Hulu, di Triponcast bersama Tribun Pontianak yang dipandu oleh Jovanka selaku Host Tribun Pontianak, Rabu 13 Maret 2024. 

Ketika melalui jalur air untuk sampai kesana, Rita mengatakan tidak terlalu takut, karena saat itu menggunakan APD lengkap, namun ada kekhawatiran karena di beberapa titik tidak bisa dilewati akibat arus air yang kuat.

“Tapi ada juga, kalau debit air kecil barang yang kita bawa juga harus di angkat, takutnya kipas sepit yang kita gunakan terkena batu. Sehingga membuat sepit tak bisa jalan,” ujarnya.

Dengan telah melewati perjalanan pada ekspedisi kali ini menuju desa Tanjung Lokang, Rita mengatakan sangat salut dengan masyarakat disana, yang ingin menuju Kota Putussibau, Kapuas Hulu harus sangat berjuang melalui akses jalur sungai yang ekstrem.

Namun saat ini, mereka pun sudah terbiasa dengan kondisi ini.

“Saat tiba disana rasanya semuanya terobati dengan keindahan alam yang ada, dan saya sangat terharu ketika kita sampai disana dan disambut dengan hangat oleh anak-anak dan masyarakat disana. Sebab tak banyak orang yang datang untuk berkunjung ke desa tersebut,” ujarnya.

Ia juga terharu melihat anak-anak disana yang tetap rajin bersekolah. Walau hanya ada satu sekolah dasar dan lima guru yang mengabdi disana.

Rita mengatakan dalam perjalanan kali ini lebih banyak sukanya.

Walaupun perjalanan ekstrem dan menantang, karena taruhannya nyawa dengan kondisi air saat itu deras dan banyak sekali riam.

Akhirnya semuanya terobati dan bisa sampai dengan selamat dan disambut dengan hangat disana.

“Sebenarnya bantuan yang kita bawa ini bisa kita kirim tanpa harus kita pergi, tapi kita ingin memberikan support moril secara langsung, agar mereka tahu bahwa kita ada untuk mereka, dan guru juga merasa bahwa mereka juga diperhatikan. Dan kita juga bisa sekaligus melakukan pemetaan dibidang pendidikan,” ujarnya.

Hal ini juga selaras dengan jiwa Rita, yang memang suka kelapangan, karena dikatakannya hampir 60 persen ia bekerja di lapangan, sisanya 40 persen di kantor.

“Karena saya harus tau kondisi dilapangan agar tepat dalam mengambil keputusan, dan saya selalu ingin menjangkau yang jauh dan sulit,” ujarnya.

Pada ekspedisi kali ini, Rita dan Tim membawa sebanyak 53 pasang sepatu yang dibagikan ke siswa disana, yang mana sebelum pergi mereka sudah berkoordinasi dengan kepala sekolah dan kepala desa setempat.

Sehinga didapatkan data jumlah siswa dan ukuran sepatu tiap siswa.

“Karena pengalaman sebelum-sebelumnya, takutnya sepatu yang kita bagikan tidak pas ukurannya harus kita tukar lagi. Jadi sekarang kita siapkan by data,” ujarnya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved