Komunitas Suara Literasi Membara Kalbar kenalkan Karya Sastra Lebih Luas lewat Program Bicara

Pada pertemuan kali ini, buku puisi Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau karya M. Aan Mansyur menjadi subjek perbincangan.

Penulis: Anggita Putri | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Anggita Putri
BACA SASTRA - Foto bersama usai kegiatan Bincang dan Baca Sastra (BICARA) yang didukung Kementerian Kebudayaan RI, di Aula Khatulistiwa Balai Bahasa Kalimantan Barat, Minggu 31 Agustus 2025. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Komunitas Suara Literasi Membara (SETARA) kembali menggelar kegiatan Bincang dan Baca Sastra (BICARA) yang didukung Kementerian Kebudayaan RI.

Acara ini dibuka langsung oleh Kepala Balai Bahasa Kalbar, Dr. Uniawati, M.Pd. yang berlangsung di Aula Khatulistiwa Balai Bahasa Kalimantan Barat, Minggu 31 Agustus 2025.

Sebelumnya, kegiatan perdana dilaksanakan di Ruang Pertemuan Disperpusip Kota Pontianak dengan membahas kumpulan cerpen Akhir Sang Gajah di Bukit Kupu-Kupu karya Sasti Gotama.

Ketua Komunitas SETARA, Afiyah Sephi Marshanda, menjelaskan bahwa BICARA merupakan program bulanan yang bertujuan memperkenalkan karya sastra lebih luas kepada publik.

“Komunitas SETARA adalah salah satu dari 30 komunitas di Indonesia yang menerima program Penguatan Komunitas Sastra dari Kembud RI,” ujarnya.

Pada pertemuan kali ini, buku puisi Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau karya M. Aan Mansyur menjadi subjek perbincangan.

Seniman kawakan asal Singkawang, Pradono, hadir sebagai pemantik diskusi dengan membedah lima puisi dalam buku pemenang Kusala Sastra Khatulistiwa 2021 tersebut.

Menurut Pradono, puisi-puisi Aan menyimpan banyak tafsir. Ia bahkan mengibaratkan judul buku itu seperti piring retak. “Meski sudah disatukan, luka-lukanya tetap ada,” katanya.

Baca juga: Hikmahbudhi Pontianak Kecam Aksi Anarkis dan Provokasi saat Penyampaian Aspirasi

Diskusi berlangsung dinamis. Salah seorang peserta, Erni Setia Putri, menanyakan soal gaya penulisan yang dianggap mirip Sutardji dan penggunaan huruf kecil pada beberapa kata. Menanggapi hal itu, Pradono menekankan pentingnya konsistensi penyair.

“Ini puisi, silahkan bahas secara akademis, tetapi licentia poetica bukan berarti penyair bisa seenaknya,” tegasnya.

Selain diskusi, kegiatan juga menampilkan pembacaan puisi sebagai bentuk alihwahana. Erni dari Sanggar Setia membawakan puisi berjudul Pertanyaan-Pertanyaan yang mendapat apresiasi dari peserta.

Acara dihadiri sekitar 50 peserta dari berbagai komunitas sastra, seperti Sanggar Puisi Setia, Forum Lingkar Pena Kalbar, Forum Penulis Barat Borneo, Baca Kalbar, dan Kopermekha Bekate. 

Bahkan komunitas Riau Sastra turut mengirimkan perwakilannya.

Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Ahmad Mahendra, dalam keterangan terpisah menyebutkan bahwa program Penguatan Komunitas Sastra merupakan upaya menjembatani karya sastra dengan pembaca.

“Komunitas sastra menjadi ujung tombak penyebarluasan karya, baik melalui diskusi maupun alihwahana,” pungkasnya. (*)

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved