Berita Viral

Alasan dan Penyebab Beras Langka hingga Mahal di Pasaran Menurut Mendag Zulhas

Inilah alasan dan penyebab beras langka hingga mahal di pasaran langsung disampaikan oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan.

Editor: Rizky Zulham
Dok. Kontan
Alasan dan Penyebab Beras Langka hingga Mahal di Pasaran Menurut Mendag Zulhas. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Inilah alasan dan penyebab beras langka hingga mahal di pasaran langsung disampaikan oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan.

Mendag Zulhas membeberkan alasan beras langka di pasaran beberapa waktu terakhir, yang juga mengakibatkan naiknya harga beras.

Ia pun membeberkan dua hal. Pertama, karena panen lambat.

Menurut Zulhas, beras langka disebabkan salah satunya oleh masa panen beras di dalam negeri yang lambat sehingga pemerintah harus memasok beras impor ke pasaran agar kebutuhan masyarakat terpenuhi.

"Beras itu memang kita lambat kan panennya. Nanamnya lambat, panennya lambat. Tetapi kan kita (pemerintah) sudah isi dengan impor yang banyak," ujar Mendag Zulhas, Rabu 14 Februari 2024.

Jurus Terbaru Pemerintah Stabilkan Pasokan dan Harga Pangan

Untuk mengatasinya, pemerintah berupaya menggelontorkan beras impor ke masyarakat.

Walaupun impor beras, pemerintah bakal memastikan kebijakan ini tidak merugikan petani lokal.

"Sekarang di petani harga beras itu kan dibeli Rp 11.000-an, gabah itu Rp 8.000, jadi tinggi sekali. Nah, untuk mengatasi harga mahal itu, pemerintah, Bulog suplai ke pasar-pasar dari 100.000 sampai 200.000 ton per bulan, sekarang ditingkatin 250.000 ton," ucap Zulhas.

Alasan kedua, pedagang malas menjual beras Bulog.

Menurut Zulhas, biang kerok beras langka di pasaran juga disebabkan oleh para pedagang yang enggan menjual beras dari Perum Bulog.

Usut punya usut, beras Bulog hanya menghasilkan keuntungan yang sedikit bagi para pedagang tersebut.

Sebagai informasi, harga beras Bulog untuk Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) dibanderol Rp 10.900 per kilogram (kg) sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan.

"Rupanya kemarin di pasar itu pedagang pasar agak malas jual beras Bulog yang berasnya bagus, tapi harganya murah karena disubsidi karena untungnya sedikit cuma Rp 200," ungkap Zulhas.

Untuk mengatasinya, pemerintah menyubsidi beras Bulog tersebut agar keuntungan bagi para pedagang lebih besar, yakni menjadi Rp 500 sehingga menarik mereka untuk menjual beras lebih banyak ke masyarakat.

Selanjutnya, Zulhas juga bilang bila pedagang bisa mendapatkan untung lebih besar lagi jika menjual beras dengan ukuran eceran selama pengemasan beras ukuran kecil itu dilakukan sendiri.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved