Berita Viral

Resmi Anjlok! Produksi Rokok Turun Drastis Usai Cukai Naik 10 Persen

Tingkat produksi rokok di Indonesia dilaporkan menurun tajam usai pemerintah resmi menaikkan cukai sebesar 10 persen padad tashun 2024 ini.

|
Editor: Rizky Zulham
KOLASE TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/RIZKY ZULHAM
Ilustrasi. Resmi Anjlok! Produksi Rokok Turun Drastis Usai Cukai Naik 10 Persen. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Tingkat produksi rokok di Indonesia dilaporkan menurun tajam usai pemerintah resmi menaikkan cukai sebesar 10 persen pada tahun 2024 ini.

Kondisi ini membuat penerimaan cukai tidak sesuai target yang ditentukan.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa sepanjang tahun 2023, penerimaan kepabeanan dan cukai tercatat sebesar Rp 286,2 triliun.

Penerimaan tersebut telah mencapai 95,4 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023.

Hal itu diungkap Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Kinerja dan Realisasi APBN 2023, di Jakarta, dikutip artikel Kompas.com, Rabu 3 Januari 2024.

Alasan WHO Desak Indonesia Berlakukan Vape Layaknya Rokok Tembakau, Pemerintah Bilang Begini

“Meskipun Bea Cukai tidak mencapai 100 persen, yaitu 95,4 persen dari target (APBN) atau Rp 286,2 triliun," kata 

"Kita lihat Bea Cukai mengalami koreksi dari pertumbuhan positif dua tahun berturut-turut, 26,4 persen dan 18 persen.

Tahun ini minus 9,9 persen,” kata dia lagi.

Menurut Sri Mulyani, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kontraksi penerimaan kepabeanan dan cukai tahun ini.

Yang pertama, adanya penurunan nilai impor pada 2023 sebesar minus 6,8 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Faktor kedua, menurunnya harga komoditas minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO).

Bea keluar (BK) produk sawit mengalami penurunan minus 81,2 persen yang disebabkan harga rata-rata CPO turun minus 34,1 persen.

Meskipun volume ekspor kelapa sawit masih tumbuh 3 persen.

"Untuk sawit, bea keluar sawit ini bahkan turunnya 81 persen, harga sawit itu turunnya 34 persen yoy, tapi volumenya masih tumbuh tipis 3 persen.

Jadi dari sisi value masih ada sedikit kompensasi dari kenaikan ekspor sawit,” ujar bendahara negara itu.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved