Doa Katolik

Darimana Asal Abu di Hari Rabu Abu? Mengapa Abu Dioles Pada Dahi Umat Katolik?

Penggunaan abu dalam liturgi berasal dari jaman Perjanjian Lama. Abu melambangkan perkabungan, ketidakabadian dan sesal atau tobat.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID
Asal Abu di Hari Rabu Abu. Simbol pertobatan ini dioleskan pada dahi ketika Misa Hari Rabu abu. 

Kota Niniwe memaklumkan Puasa dan mengenakan kain kabung.

Lalu raja menyelubungi diri dengan kain kabung lalu duduk di atas abu (Yun 3:5-6).

Kisah dari Perjanjian Lama tersebut merupakan bukti atas praktek penggunaan abu dan pengertian umum akan makna yang dilambangkannya.

Baca juga: Kapan Mulai Puasa Katolik 2023? Mengapa Harus Puasa dan Pantang?

Dalam katolisitas-indonesia.blogspot.com yang disadur Selasa 24 Januari 2023, Yesus sendiri juga menyinggung soal penggunaan abu.

Yesus menyebut ini kepada kota-kota yang menolak untuk bertobat dari dosa-dosa mereka meskipun mereka telah menyaksikan mukjizat-mukjizat dan mendengar kabar gembira.

Yesus Kristus berkata, “Seandainya mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengahmu terjadi di Tirus dan Sidon, maka sudah lama orang-orang di situ bertobat dengan memakai pakaian kabung dan abu.” (Mat 11:21)

Kini tradisi penggunaan abu terus digunakan dalam Gereja Katolik.

Abu dipergunakan untuk menandai permulaan Masa Prapaskah, yaitu masa persiapan selama 40 hari yang tidak termasuk hari Minggu untuk menyambut Paskah.

Ritual perayaan Rabu abu ditemukan dalam edisi awal Gregorian Sacramentary yang diterbitkan sekitar abad kedelapan.

Sekitar tahun 1000, seorang imam Anglo-Saxon bernama Aelfric menyampaikan khotbahnya.

Kita membaca dalam kitab-kitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, bahwa mereka yang menyesali dosa-dosanya menaburi diri dengan abu serta membalut tubuh mereka dengan kain kabung.

Tradisi menaburkan abu di kepala kita sebagai tanda bahwa kita menyesali dosa-dosa kita terutama selama Masa Prapaskah masih dilakukan hingga saat ini.

Setidak-tidaknya sejak abad pertengahan, Gereja telah mempergunakan abu untuk menandai permulaan masa tobat Prapaskah.

Lewat abu ini kita ingat akan ketidakabadian kita dan menyesali dosa-dosa kita.

Dalam liturgi Katolik sekarang, dalam perayaan Rabu Abu, kita mempergunakan abu yang berasal dari daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya yang telah dibakar.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved