Siapa Panglima Jilah? Anak Dayak yang Sakti dan Rendah Hati Pimpinan Pasukan Merah, Masa Kecil Miris
Dimasa kecil, Panglima Jilah memiliki kelainan dari teman-temannya kala itu. Konon katanya lidahnya sering keluar, perut buncit dan gagap.
Penulis: Marlen Sitinjak | Editor: Marlen Sitinjak
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Sebagai satu di antara suku tertua di Indonesia, Dayak sangat dikenal dengan kepatuhannya terhadap adat istiadat warisan para leluhur.
Dengan populasi sekitar 6 juta lebih yang tersebar di Pulau Kalimantan sekitar 3.100.000 sumber BPS 2010, hingga negeri seberang Brunai Darussalam dan Malaysia, pastinya Dayak membangun sistem yang tertata rapi.
Layaknya militer sebuah negara, Dayak ternyata memiliki serdadu yakni Pasukan Merah bernama Tariu Borneo Bangkule Rajakng atau TBBR.
Pasukan Merah saat ini dipimpin Panglima Jilah atau Pangalangok Jilah. Nama aslinya adalah Agustinus Jilah.
Ia lahir pada 19 Agustus 1980 di Toho, tepatnya Desa Sambora, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat (Kalbar), Indonesia.
• Apresiasi Temu Akbar TBBR, Adrianus Sebut Bangsa Indonesia Besar Karena Adat Istiadat Budaya
Panglima Jilah adalah cucu dari seorang panglima yang sangat terpandang pada jaman kerajaan.
Maka tidak heran Panglima Jilah sangat disegani sekaligus dikagumi khususnya di Pulau Kalimantan.
Ia berdiri di barisan terdepan untuk memperjuangkan hak masyarakat yang terancam dirampas pihak lain.
Hingga Panglima Jilah pun dijadikan simbol perjuangan masyarakat dalam mencari keadilan di tanah leluhurnya.
Ia menguasai seni beladiri tradisional Dayak dan memiliki kesaktian ilmu kebal.
Tubuhnya dibalut dengan tato khas Dayak hingga penampilan Panglima Jilah selalu menarik perhatian.
Namun dibalik itu semua, Panglima Jilah melalui masa lalu yang penuh liku dan bisa dikatakan sangat miris.
Pada masa kecilnya, Panglima Jilah memiliki kelainan dari teman-temannya kala itu.
Konon katanya lidahnya sering keluar, perut buncit dan keterbatasan dalam bicara alias gagap.