Lokal Populer

Tidak Hanya Serap Tenaga Kerja, Warung Kopi Juga Bantu Pemkot Ciptakan Branding Kota Pontianak

Banyaknya peminat warkop di Pontianak, Riska berharap agar ada pengelolaan yang baik dilakukan oleh Pemerintah Kota Pontianak,

Penulis: Muhammad Rokib | Editor: Tri Pandito Wibowo
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Muhammad rokib
foto saat Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono didampingi istrinya bersama jajaran serta pengunjung ngopi di CNN Coffee di Jalan Martadinata Pontianak, Kalimantan Barat, Minggu 16 Oktober 2022. 

"Ya tentu, memang di era sekarang ini harus membranding Kota kita, supaya citra Kota dan identitas Kota Pontianak ini bisa terkenal, dikala masyarakat melihat tugu khatulistiwa mereka sudah tau pasti ini Pontianak, sebagai Kota yang dilintasi tugu Khatulistiwa," ucap Edi Kamtono.

"Dan ini merupakan anugerah, anugerah alam yang patut kita syukuri, dan tidak semua Kota di Indonesia tepat dilewati garis Khatulistiwa atau titik kulminasi." tambahnya.

"Sehingga dengan adanya tugu pada tahun 1928 dibangun oleh Belanda yang sekarang kita jadikan monumen ini sudah menjadi branding Kota Pontianak sejak jaman dahulu," tegasnya.

Selain itu, ia mengatakan bahwa tidak hanya Pontianak sebagai Kota Khatulistiwa saja yang terus di branding oleh Pemkot.

"Tapi masih banyak lagi yang masih bisa kita branding, terkait dengan infrastruktur, dengan budaya, dengan kesenian, maupun wisata lainnya ataupun aktivitas masyarakatnya," ucapnya.

"Misalnya gini, minum kopi, dia teringat dengan Kota Pontianak, karena Pontianak mempunyai kopi yang enak," jelasnya mencontohkan.

Ia pun menjelaskan, saat ini Pemerintah Kota Pontianak terus melakukan upaya-upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan branding yang sudah terbentuk pada monumen tugu Khatulistiwa tersebut.

"Tugu sekarang monumennya direhap ini, kita perbaiki, kita restorasi sebaik mungkin. Contohnya Masjid Jami' ya, Masjid Jami' kita restorasi dikembalikan ke bentuk aslinya, dengan material-material yang sama," ucapnya.

"Sehingga itu bisa bertahan, artinya sampai seumur hidup, sampai Dunia ini masih ada dia tetap berdiri tegak. Nah tugu juga demikian," jelasnya.

Edi Kamtono menyebut keberadaan Pontianak sebagai Kota Khatulistiwa pun diperingati sebanyak 2 kali dalam setahun, yakni setiap tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September yang diberi nama pesona titik Kulminasi atau dikenal juga dengan sebutan hari tanpa bayangan.

Branding Pontianak sebagai Kota Khatulistiwa pun, kata Edi Kamtono, tidak hanya di gaungkan pada setiap momentum peringatan saja, melainkan juga selalu tersemat pada setiap kesempatan event-event besar lainnya yang diselenggarakan di Kota Pontianak.

"Di situ kan ada aktivitas, yang melibatkan semua unsur, tidak hanya masyarakat Kota Pontianak tapi juga masyarakat Indonesia maupun Dunia ya, kita ajak untuk memperingati peristiwa alam tersebut di tugu," ucapnya.

"Nah dampak lainnya itu sangat besar, terhadap semangat atau produktivitas, terhadap perekonomian, itu pasti akan terjadi."

"Sehingga, label Khatulistiwa, Equator, Tugu, ini kita jadikan brand disetiap aktivitas. Misalnya sport tourism Pontianak Khatulistiwa maraton misalnya, terus triatlon Khatulistiwa, fun bike Khatulistiwa, festival Kulminasi, jadi semuanya bermuara kepada adanya tugu tersebut, adanya Kota Pontianak yang dilewati garis Khatulistiwa," jelasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved