Jalan Rusak, Warga Sakit di Desa Ipoh Emang Sintang Terpaksa Ditandu Selama 3 Jam
Akses jalan masuk ke Desa Ipoh melalui Paoh Sesa yang berjarak sekitar 7 kilometer. Namun, selama 10 tahun tak tersentuh pembangunan fisik.
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG - Seorang warga Desa Ipoh Emang, Kecamatan Kayan Hilir, Sintang, Kalimantan Barat, terpaksa ditandu oleh warga melewati jalan rusak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Susana, ditandu bergantian oleh warga sejauh 7 kilometer melewati jalan tanah yang rusak selama 3 jam. Akses jalan Desa Ipoh Emang rusak berat, bahkan disebut tak bisa dilalui kendaraan.
"Ditandu sekitar 3 jam dengan jarak kurang lebih 7 km, dibawa ke jalan yang bisa dilalui mobil, kemudian menggunkan mobil pribadi, bukan ambulance menuju RS rujukan sintang. Suasana sakit perut, udah gak mampu duduk lagi," kata Supardi warga setempat dihubungi Tribunpontianak, Rabu 12 Oktober 2022.
Akses jalan masuk ke Desa Ipoh melalui Paoh Sesa yang berjarak sekitar 7 kilometer. Namun, selama priode 10 tahun, Supardi menyebut tidak pernah tersentuh pembangunan fisik.
• Bupati Sintang Keluarkan Surat Edaran, Sekolah Terdampak Banjir Boleh Belajar Daring
"Ndak pernah disentuh lagi jalan itu. Puskesdes tidak ada sama sekali. Makanya apabila ada yang sakit harus di tandu. Itu udah yang ke berapa orang. Jadi setiap ada yang sakit itu harus ditandu. Mirisnya, Kalau yang sakitnya uda parah, itu memang ndak akan mereka tandu ke luar lagi," ungkap Pardi.
Menurut Supardi, jalan di Desa Paoh sudah diaspal. Hanya saja, jalan menuju Desa Ipoh tak kunjung ada perbaikan. " Tentunya berharap jalan aspal yang menuju paoh desa segera dilanjutkan menuju desa Ipoh, karena sekarang jalan sudah tidak bisa lagi dilalui kendaraan apapun, termasuk juga kendaraan roda 2 pun sudah tdak bisa lagi," harapnya.
Selain jalan, Supardi berharap pemerintah membangun Sekolah Dasar (SD) di Desa Ipoh. Sebab saat ini banyak anak-anak enggan sekolah karena akses jalan rusak..
"Sekolah juga tidak ada. Anak-anak sekolahnya ke SD Desa Linggam Permai yang jaraknya sekitar 5 km, itu ditempuh dengan jalan kaki setiap hari, karena akses jalannya sama sekali tidak dimungkinkan untuk dilalui kendaraan," ujar Pardi.
"Kami juga berharap kepada dinas pendidikan supaya bisa membangun SD atau setidaknyanya tambahan ruang kelass untuk kelas 1 dan klas 2, karena mirisnya banyak anak yang tdak mau sekolah, dikarenakan tidak mampu berjalan kaki. Kami juga berharap kepada dinas kesehatan supaya segera membuat POSTU, atau PUSKESDES, supaya apabila ada yag sakit tidak terlalu parah masih bisa mendapat perawatan di Desa," harap Pardi. (*)
Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News