Stok Daging Sapi Menipis, Pedagang di Pontianak Harap Pemerintah Beri Izin Datangkan Sapi Pulau Jawa

“Kalau daging sapi sekarang ni emang lagi susah soalnya dari awal PMK dari Jawa ndak boleh masuk (Sapi),” ujar Wadi, Rabu, 21 September 2022.

TRIBUNPONTIANAK/TRI PANDITO WIBOWO
Satu di antara lapak pedagang daging sapi di Pasar Flamboyan Kota Pontianak, Rabu, 21 September 2022. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Ketersediaan stok komoditi daging sapi di Kota Pontianak semakin menipis sehingga menyebabkan daging sapi di Kota Pontianak mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan sejak beberapa bulan belakangan.

Hal tersebut disampaikan oleh Wadi (24) satu diantara pedagang daging sapi yang membuka lapak di Pasar Flamboyan Kota Pontianak.

Menurut penuturan Wadi, ketersediaan daging sapi yang menipis tersebut dikarenakan tidak adanya stok sapi impor dari pulau Jawa.

Kondisi tersebut selaras dengan mewabahnya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) hewan ternak di Indonesia. Yang menyebabkan Pemerintah membatasi impor sapi dari daerah lain.

“Kalau daging sapi sekarang ni emang lagi susah soalnya dari awal PMK dari Jawa ndak boleh masuk (Sapi),” ujar Wadi, Rabu, 21 September 2022.

Kondisi tidak adanya asupan stok sapi dari pulau Jawa tersebut dijelaskan Wadi sudah berlangsung selama empat bulan terakhir.

Daging Sapi di Sekadau Masih Mahal dan Mulai Langka, Dampak PMK

Wadi menyebut, berdasarkan informasi yang didapatkannya. Pemerintah Kota mengatakan bahwa izin impor sapi dari Jawa baru bisa masuk dalam kurun waktu enam bulan.

“Itu udah itungan empat bulanan ndak boleh masuk, katanya (Pemkot) enam bulan, jadi sisa dua bulan lagi,” terangnya.

Sementara, untuk stok yang dirinya jual saat ini menggunakan daging sapi lokalan yang ada di wilayah Kota Pontianak dan sekitarnya.

Iapun menegaskan, bahwa stok daging sapi di Kota Pontianak juga kian hari semakin menipis. Sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan harga yang normalnya perkilo 130 ribu s/d 140. Kini dibandrol dengan harga 160 ribu s/d 180 ribu perkilonya.

“Ye kalau stok-stok di sini sih dari kampong-kampong lah maseh, itupun udah hampir habis dah. Yang motong sinipun sikit dah, bagi-bagi,” ungkapnya.

“Jadi harge daging tinggi sampai 160 s/d 180 bise. Kalau Sabtu tu bise tinggi, soalnye banyak peminatnye maseh. Sebelumnye stabilnye tu 130 an, 140 tu udah paling mahal. Dari lebaran (Idul Adha) kemaren lah tu mulai tak ade daging,” tambahnya.

Untuk itu, sebagai pedagang yang mempertahankan kualitas jualannya. Wadi berharap kepada Pemerintah agar secepatnya memberikan izin impor sapi dari pulau Jawa.

“Harapan ke pemerintah bise nerima sapi dari luar lah yang dari Jawa tu. Soalnya dari Bali tu bise masok, tapi yang dari Jawa Timur tu belum bise masok,” harapnya.

“Untuk pemerintahkan mudah-mudahan bise dari Jawa gitu. Kemarenkan bise nerima, kalau dari Jawa tu bise ngeluarkan surat PMK tu bise, cuman dari sini yang belom bise masokan. Karena stoknye udah benar-benar menipis dah,” pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved