Kalbar Waspada Cacar Monyet, Sekda Harisson Sebut Isolasi Tak Seketat Pasien Covid-19
Intinya seluruh RS pemerintah di Kalbar sudah mempunyai ruang isolasi jika dibutuhkan penanganan isolasi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pemerintah Provinsi Kalbar menyiapkan ruang isolasi di RSUD dr Soedarso sebagai tempat mengisolasi jika nanti ada pasien cacar monyet atau monkeypox yang membutuhkannya.
Namun menurut Sekretaris Daerah (Sekda) Kalbar Harisson, tidak semua pasien cacar monyet itu membutuhkan ruang isolasi di rumah sakit. Hanya jika kondisi pasien tersebut berat, baru diisolasi di rumah sakit.
Harisson menjelaskan, rumah sakit di Kalbar sudah pengalaman menangani kasus penyakit menular, seperti halnya Covid-19. Sedangkan kasus Covid-19 saat ini sudah melandai dan ruang isolasi hanya dipakai 2-3 persen saja.
Dengan demikian, rumah sakit masih mempunyai banyak ruang isolasi yang bisa digunakan untuk pasien yang membutuhkan. “Berarti kan ruangan isolasi lain bisa digunakan untuk persiapan jika ditemukan penyakit cacar air yang berat,” ujarnya, Minggu 21 Agustus 2022.
Harisson menjelaskan, penyakit cacar monyet ini lebih ringan dari Covid-19. Bahkan bisa sembuh dengan sendirinya. Maka kalau pun ada pasien cacar monyet yang butuh isolasi, tidak akan seketat isolasi bagi pasien Covid-19.
• Penjelasan Kadiskes Kalbar Hary Agung Terkait Gejala Cacar Monyet
Ia mencontohkan, pasien monkeypox tidak membutuhkan ruang isolasi sebagaimana pasien Covid-19 membutuhkan ruang isolasi yang bertekanan negatif.
Meski demikian, cacar monyet tetap patut diwaspadai, terutama pada orang yang memiliki penyakit penyerta komorbid. “Biasanya yang perlu perawatan khusus yang mempunyai komorbid. Maka jika perlu diisolasi kita sudah menyiapkan ruang isolasi di RSUD Soedarso, bahkan seluruh rumah sakit pemerintah di Kalbar,” tegasnya.
Harisson memastikan bahwa rumah sakit pemerintah di Kalbar sudah mempunyai ruang isolasi, yang tadinya digunakan untuk penanganan Covid-19. Kini ruang tersebut bisa digunakan tidak hanya untuk cacar monyet, tetapi juga untuk penyakit lain seperti flu burung.
“Intinya seluruh RS pemerintah di Kalbar sudah mempunyai ruang isolasi jika dibutuhkan penanganan isolasi,“ katanya.
Sebelumnya, satu warga negara Indonesia terkonfirmasi menderita monkeypox. Pasien tersebut merupakan seorang laki-laki berusia 27 tahun, dengan riwayat perjalanan ke Belanda, Swiss, Belgia dan Perancis sebelum tertular.
• Pasien Cacar Monyet Mengeluhkan Nyeri dan Sakit Infeksi, Seberapa Bahayanya? Ini Kata WHO
Dengan adanya kasus ini, Sekda Kalbar Harisson mengimbau masyarakat lebih waspada dan berhati-hati. Harrison juga meminta masyarakat agar benar-benar menerapkan protokol kesehatan dan menghindari keramaian.
Lalu masyarakat juga harus benar-benar menerapkan pola hidup sehat, utamanya sering mencuci tangan. “Di tingkat provinsi sendiri dari dinas kesehatan telah memberikan sosialisasi ke masyarakat tentang penyakit ini,” ujarnya.
Harisson mengatakan bila ada gejala seperti cacar air, demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan lalu ada riwayat bepergian ke luar Kalbar atau kontak dengan keluarga, teman kerja, tetangga, masyarakat yang memiliki riwayat perjalanan dari luar Kalbar, diharapkan segera mendatangi petugas kesehatan atau pusat layanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan.
“Disamping itu saya terus mengingatkan agar seluruh petugas kesehatan waspada terhadap penyebaran penyakit ini, jangan sampai pasien sudah menunjukkan gejala dan sudah melapor atau meminta pertolongan ke petugas kesehatan atau fasyankes, tetapi malah petugas kesehatannya tidak dapat mendiagnosis atau tidak paham cara penatalaksanaan penyakit ini,” tegas Harisson.
Sebagai bentuk kewaspadaan, Harisson mengatakan di tingkat pusat, Kemenkes telah melakukan pemantauan intensif di seluruh pintu masuk Indonesia, baik dari udara, laut, maupun darat yang berhubungan langsung kepada negara-negara yang sudah melaporkan adanya kasus monkeypox.
Seperti diketahui bahwa sudah ada sekitar 89 negara yang sudah melaporkan adanya kasus cacar monyet di negaranya. Pemerintah juga sudah memberikan status kewaspadaan kepada seluruh maskapai penerbangan dan pelabuhan untuk bersama-sama mewaspadai apabila ada penumpangnya yang mempunyai gejala cacar monyet.
Harisson mengatakan, diskes provinsi hingga kabupaten kota juga sudah memberikan sosialisasi dan edukasi kepada seluruh masyarakat, seluruh petugas kesehatan, dan seluruh fasilitas pelayanan kesehatan untuk mewaspadai cacar monyet.
Ia mengatakan, penularan virus kepada manusia terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, atau melalui benda yang terkontaminasi oleh virus tersebut.
Virus masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang luka/ terbuka (walaupun tidak terlihat) seperti saluran pernafasan, atau selaput lendir (mata, hidung, atau mulut).
Penularan dari manusia ke manusia dapat melalui kontak erat dengan droplet (cairan yang keluar dari mulut atau hidung), cairan tubuh atau lesi (luka pada cacar) kulit orang yang terinfeksi, atau kontak tidak langsung pada benda yang terkontaminasi.
Dikatakannya anggota keluarga yang tinggal serumah atau kontak erat dengan kasus berisiko lebih besar untuk tertular. Orang yang sedang menderita monkeypox sangat berpotensi menularkan kepada orang lain ketika bergejala (biasanya antara dua sampai empat minggu) ruam, cairan tubuh (seperti cairan, nanah atau darah dari lesi kulit) dan koreng sangat menular.
Pakaian, tempat tidur, handuk atau peralatan makan/piring yang telah terkontaminasi virus dari orang yang terinfeksi juga dapat menulari orang lain, sehingga peralatan yang dipakai oleh orang yang sedang menderita harus sesering mungkin diganti dan dicuci menggunakan detergen.
Harisson mengatakan, belum ada pengobatan yang spesifik untuk infeksi virus monkeypox. Terapi perawatan klinis untuk cacar monyet harus dioptimalkan sepenuhnya untuk meringankan gejala, mengelola komplikasi, dan mencegah gejala sisa jangka panjang.
Pasien harus diberi cairan, obat dan makanan untuk mempertahankan gizi yang memadai.
Gejala cacar monyet sendiri mirip dengan gejala cacar air, namun lebih ringan. Gejala dimulai dengan demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan. Perbedaan utama antara gejala cacar air dan cacar monyet adalah bahwa cacar monyet menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati) sedangkan cacar air tidak.
Cacar monyet biasanya merupakan penyakit yang sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung dari 2 hingga 4 minggu. Penegakan diagnosis pasti untuk monkeypox dilakukan dengan pemeriksaan PCR.
Saat ini pemeriksaan PCR nya baru bisa dilakukan di dua tempat, yakni di laboratorium rujukan nasional BKPK Kemenkes, dan laboratorium Institut Pertanian Bogor.
"Pemeriksaan PCR monkeypox ini berbeda dengan pemeriksaan PCR Covid-19. Kalau Covid-19 dilakukan swabs di tenggorokan atau hidung, PCR monkeypox dilakukan dengan swab atau usapan pada ruam-ruam yang ada di tubuh atau kulit pasien," katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Hary Agung menyampaikan, secara nasional kewaspadaan dini tentang monkeypox (cacar monyet) sudah dilakukan sejak pertengahan bulan Juni 2022 lalu.
“Awal dan pertengahan bulan Juni, ketika WHO menetapkan sebagai suatu kedaruratan secara global. Karena di awali 70 negara di luar endemik monkeypox itu dilaporkan ada kasus monkeypox,” katanya.
Kata Hary, sejak saat itu Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI sudah menyampaikan kepada seluruh dinas kesehatan provinsi, termasuk Kalimantan Barat, untuk melakukan kewaspadaan dini.
Di tingkat provinsi, beberapa hal yang telah dilakukan, yaitu mensosialiasikan kepada jajaran kesehatan kabupaten/kota terkait pedoman tata laksana penanganan monkeypox melalui rapat koordinasi.
Selain itu, dengan melakukan penyelidikan epidemiologi terhadap kasus-kasus yang diduga punya gejala mendekati, atau seperti cacar monyet tersebut.
“Karena memang cacar monyet ini, secara physical memang hampir sama dengan cacar air varisela biasa,” katanya. “Sehingga memang ada beberapa pedoman tentang penyelidikan epidemiologi,” sambungnya.
Hary Agung menjelaskan, pada prinsipnya penyelidikan epidemiologi di masyarakat dilakukan oleh tenaga surveilans di lapangan, dengan melakukan identifikasi dan investigasi terkait dengan dugaan penyakit menular secara tepat dan tepat.
“Yang secara cepat dan tepat, melakukan investigasi itu yang disebut dengan penyeledikan epidemiologi di masyarakat,” tambahnya.
Lanjut dia, penyelidikan epidemiologi dimasyarakat tersebut sudah berjalan secara sistematis. Sehingga, apabila ditemukan adanya dugaan mengenai penyakit menular tersebut, akan dilaporkan ke dalam Sistem Kewaspadaan Dini Penyakit Menular yang berjenjang.
“Dan saya kira secara sistem sudah berjalan, karena apabila ada dugaan tersebut kemudian akan dilaporkan di dalam pelaporan sistem kewaspadaan dini penyakit menular yang berjenjang dari kabupaten ke provinsi dan juga ke nasional,” katanya.
Ia menambahkan, karena ini merupakan sistem, jadi secara cepat, kapan pun bila ada input laporan, maka akan diketahui dan dipantau, baik itu provinsi maupun Kementerian Kesehatan. “Alhamdulillah sampai hari ini belum ditemukan kasus monkeypox di Kalimantan Barat,” kata Hary Agung.
Respons Masyarakat
Kasus cacar monyet yang sudah masuk ke Indonesia, ternyata belum cukup familier bagi sebagian masyarakat Kalbar. Satu di antaranya seperti dikatakan Supardi, yang mengaku baru mendengar adanya penyakit tersebut.
"Sejujurnya, saya pun baru tahu ya dan baru dengar juga ada penyakit cacar monyet, " katanya.
Setelah mengetahui adanya penyakit tersebut, ia juga mengkhawatirkan kalau cacar monyet tersebut tersebar di Indonesia. "Tentu saja saya khawatir ya, karena takut juga terjangkit apa lagi sampai tertular ke orang-orang terdekat misalnya keluarga di rumah. Apa lagi saya punya keponakan yang masih kecil, pastinya dia rentan dan mudah terjangkit," katanya.
Hal senada juga disampaikan Hatta, ia yang baru mengetahui adanya penyakit cacar monyet ini mengaku khawatir. "Sedangkan cacar air dan api saja sakitnya sudah minta ampun, ini baru lagi cacar monyet, bentuknya seperti apa ya," kata Hatta saat ditemui di sebuah warkop di Pontianak.
"Waswas juga sih kalau sampai tersebar seperti Covid-19," ujarnya menambahkan.
Sementara Yuni Arista yang sudah pernah mendengar cacar monyet, mengaku belum paham betul apa sebenarnya penyakit tersebut. "Saya pernah dengar sih di Instagram, tapi cuma sepintas saja. Jadi gak tahu bahaya apa tidaknya, kalau dilihat dari namanya cacar ya pasti sakit itu," ujar warga Kubu Raya ini.
Dengan adanya kasus tersebut, ia berharap tak menyebar seperti halnya Covid-19.
"Mudah-mudahan kita semua tidak terjangkit, dan tidak menyebar seperti Covid-19 kemarin. Soalnya kita juga sudah sangat sengsara dengan timbulnya Covid-19 kemarin, jangan sampai lagi wabah cacar monyet menyebar luas," kata Yuni.
Warga lainnya, Sinta Irma, menyampaikan harapannya kepada pemerintah, supaya lebih berhati-hati dalam menangani cacar monyet ini. Sehingga, penyakit ini dapat berakhir cepat dan tidak menyebar luas sampai ke daerah-daerah lain.
"Kalau pemerintah tidak cepat bergerak dan mengabaikan wabah cacar monyet yang sedang terjadi maka akan tambah banyak lagi korban yang akan terjangkit," katanya.
Sinta juga berharap adanya kasus tersebut segera berakhir dan tidak menyebar sehingga bisa beraktivitas dengan tenang. "Harapannya mudah-mudahan wabah ini cepat berakhir, supaya kita boleh beraktivitas dengan lancar tanpa ada rasa takut tertular," ujarnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pontianak/foto/bank/originals/anggi-070222-harisson.jpg)