Pendistribusian Solar Gunakan Drum Distop, Warga Perhuluan Ketapang Sulit Dapatkan Solar
Satu diantara warga Desa Air Tarap, Kecamatan Kendawangan, Joni mengaku kesulitan dalam mendapatkan BBM bersubsidi khusunya solar.
Penulis: Nur Imam Satria | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KETAPANG - Sejumlah masyarakat di wilayah perhuluan Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat khususnya yang wilayahnya sampai saat belum memiliki Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) mengaku sulit mendapatkan stok Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi khusunya solar.
Padahal mereka mengaku masih sangat bergantung dan berharap akan stok minyak yang didatangkan menggunakan drum-drum ke wilayah mereka.
Selain berharap segera masuknya SPBU di wilayah pedalaman secara merata, mereka juga meminta agar pendistribusian minyak menggunakan drum sesuai rekomendasi dapat terus dilakukan guna memenuhi kebutuhan BBM mereka.
Satu diantara warga Desa Air Tarap, Kecamatan Kendawangan, Joni mengaku kesulitan dalam mendapatkan BBM bersubsidi khusunya solar.
• Pertamina Tegaskan Pembelian Solar Bersubsidi Gunakan Drum Diperbolehkan Asal Memiliki Rekomendasi
Hal itu pun berdampak pada penerangan yang ada di desanya.
Diakuinya, sampai saat ini desanya belum teraliri listrik. Sehingga solusi untuk penerangan menggunakan genset yang memerlukan solar sebagai bahan bakar.
"Kalau genset desa hidupnya dari jam 6 sampai 12 malam berapa kebutuhan perhari saya kurang tau. Tapi kalau genset rumah pribadi kebutuhannya bisa 10 liter bahkan lebih. Tapi sekarang kami susah dapatkan solar sehingga dampaknya kami terpaksa gunakan penerangan seadanya seperti lampu senter," kata Joni, Senin 1 Agustus 2022.
Joni mengaku, sebelumnya masyarakat di desanya mendapatkan solar bersubsidi dari agen atau warung-warung di tempatnya. Namun sudah satu pekan terakhir tidak ada solar yang diperjual belikan lantaran agen atau warung tidak mendapatkan solar dari SPBU.
"Dapat info dari yang biasa jual. Mereka sekarang susah dapatkan solar tidak seperti biasa, apakah karena pembelian menggunakan drum atau apa yang jelas sekarang langka," katanya.
Untuk itu, ia berharap agar ada solusi dari pemerintah termasuk Pertamina agar distribusi solar bisa sampai ke wilayah-wilayah pedalaman seperti di desanya. Apalah dengan pembelian menggunakan drum, atau sistem lainnya selama sesuai aturan.
"Kami di hulu sudah banyak diam, minyak goreng naik kami diam, sekarang cuma untuk dapatkan penerangan kami harus mengemis agar bisa dapat solar. Untuk itu kami minta agar ada solusi agar solar bisa kembali masuk ke tempat kami, terserah apakah dari warung atau agen membeli menggunakan drum atau wadah apa selama ini benar untuk masyarakat," tegasnya.
Sementara itu, satu diantara warga Kecamatan Manis Mata, Usman (44) meminta agar pemerintah termasuk Pertamina untuk tegas dalam memberikan solusi terkait persoalan BBM khususnya solar bersubsidi yang sulit didapatkan masyarakat pedalaman.
"Kalau dalam aturan melarang penjualan menggunakan drum meskipun ada rekomendas, maka seluruh SPBU jangan biarkan menjual itu. Namun jika dalam aturan diperbolehkan selama peruntukan jelas dan ada rekomendasi, maka sampaikan ke SPBU agar layani, karena kami masyarakat pedalaman jadi korban akan ketidaktegasan soal aturan ini," tegasnya.
Menurut Usman, selama ini dirinya sangat terbantu dengan adanya agen-agen yang menjual BBM di pedalaman, yang mana agen-agen membeli BBM ke SPBU menggunakan drum.
Karena, Usman menilai, tidak mungkin agen membeli SPBU hanya menggunakan tangki kendaraan. Sebab tentu tidak dapat kembali dijual ke masyarakat pedalaman.