Pola Hidup Sehat

Studi Ungkap Pola Makan Terbaik untuk Orang Diet, Minimal 3 Kali Sehari?

Mereka yang makan setidaknya tiga kali sehari, lebih banyak mengonsumsi sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan, buah, biji-bijian, dan susu yang lebi

AFP
Makanan sehat dan bergizi untuk pola hidup sehat 

Studi epidemiologi awal menemukan, peningkatan frekuensi makan dapat meningkatkan kadar lipid (lemak) darah dan mengurangi risiko penyakit jantung.

Secara khusus, studi cross-sectional tahun 2019 membandingkan frekuensi makan kurang dari tiga kali atau lebih dari empat kali sehari.

Hasilnya didapatkan makan lebih dari empat kali sehari, meningkatkan kolesterol HDL (high-density lipoprotein) serta menurunkan trigliserida puasa secara lebih efektif. Tingkat HDL yang lebih tinggi itu, dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit jantung.

Para peneliti menggarisbawahi, hasil tersebut merupakan studi observasional yang berarti hanya dapat membuktikan asosiasi bukan sebab-akibat.

Selain itu, satu ulasan yang diterbitkan dalam jurnal American Heart Association Circulation menyebut, frekuensi makan yang lebih besar dikaitkan dengan penurunan risiko diabetes dan penyakit kardiovaskular.

Baca juga: Cara Mengobati Sakit Perut dan Mules Akibat Makan Pedas Hanya dengan Bahan Alami

Hubungan frekuensi makan dengan penurunan berat badan

Banyak orang menganggap makan lebih sering, dapat memengaruhi penurunan berat badan.

Namun, hasil penelitian tentang terkait hal itu masih beragam. Misalnya, satu studi membandingkan makan tiga kali sehari dengan enam kali makan porsi lebih kecil dan lebih sering.

Kedua kelompok studi mengonsumsi kalori yang cukup untuk mempertahankan berat badan mereka saat ini dengan makronutrien serupa antara lain 30 persen energi dari lemak, 55 persen karbohidrat, dan 15 persen protein.

Pada akhir studi, peneliti mengamati tidak ada perbedaan dalam pengeluaran energi ataupun pengurangan lemak tubuh antara kedua kelompok.

Menariknya, mereka yang makan enam kali dalam porsi lebih kecil sepanjang hari mengalami lonjakan rasa lapar, dan keinginan untuk makan dibandingkan dengan mereka yang makan tiga kali lebih besar per hari.

Para peneliti menduga, mereka yang sering makan akan cenderung mengonsumsi lebih banyak kalori harian daripada yang lebih jarang makan.

Kendati demikian, menurut Laporan Ilmiah Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) dari Komite Penasihat Pedoman Diet 2020, karena inkonsistensi dan keterbatasan dalam kumpulan bukti saat ini, tidak ada cukup bukti untuk menentukan hubungan antara frekuensi makan dengan proporsi tubuh. Begitu pula pada risiko kelebihan berat badan dan obesitas.

(*)

Cek berita dan artikel mudah diakses di Google News

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved