Berikan Kuliah Kebangsaan, Zulkifli Hasan: Islam Datang ke Indonesia dengan Peleburan

Tidak ada perang. Islam datang ke Aceh tidak menghilangkan budaya Aceh tetapi memperkaya budayanya begitupula di Kalimantan.

Penulis: Imam Maksum | Editor: Jamadin
Dok/ Prokopim Pemkab Sambas
Wakil Ketua MPR RI Zulkifli Hasan saat memberikan kuliah kebangsaan di Aula Utama Kantor Bupati Sambas, Selasa 17 Mei 2022. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Wakil Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan, melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Sambas dalam rangka menjadi pembicara Silaturahmi Idulfitri 1443 H, di Aula Utama Kantor Bupati Sambas, Selasa 17 Mei 2022.

Pada kesempatan itu Zulkifli Hasan memberikan kuliah kebangsaan bertajuk Memupuk Ukhuwah Sinergi Membangun Bangsa. Zulkifli Hasan menjelaskan bagaimana sejarah kesetaraan manusia hingga karakter bangsa Indonesia.

Dia mengatakan, memuliakan manusia itu luar biasa, Rasulullah dalam pidatonya pada Haji Wada sudah menyerukan kesetaraan manusia, penghentian perbudakan, dan kesetaraan gender.

"Memuliakan wanita, luar biasa pada zaman itu hingga penghargaan terhadap hak asasi manusia," ucapnya dalam kuliah kebangsaan.

Semangat Islam itulah kata dia, sejatinya yang dibawa ke Nusantara. Apapun teori masuknya Islam ke Nusantara ini, misalnya ada yang mengatakan dari Gujarat India, Tiongkok, dan Jazirah Arab.

Ketua DPRD Mempawah Sambut Senang Kehadiran Wakil Ketua MPR RI Zukifli Hasan


"Apapun teori masuknya Islam ke Nusantara ini telah ikut menghapuskan perbudakan, perbedaan kasta-kasta antar masyarakat di Nusantara dulu," ucapnya.

Dia menjelaskan, Islam yang diajarkan dan disebarkan para wali, ulama dan ulama Nusantara melalui pendekatan, termasuk tradisi, telah membuat bangsa Indonesia bangsa yang luhur, beradat.

Sumbangsih terhadap perkembangan kemajuan budaya Nusantara bisa kita lihat dalam sastra, seni, budaya, hingga tata kelola pemerintah.

"Islam yang kita kenal di Nusantara adalah Islam yang menginspirasi kemajuan berfikir. Berdirinya langgar-langgar, madrasah, pesantren, hingga masjid yang dijadikan ruang tempat belajar adalah bukti bahwa Islam ikut mendorong semangat ilmu pengetahuan bagi bangsa ini," ujarnya.


Nilai nilai Islam, kata dia, melebur dengan nilai-nilai sastra seperti pantun, puisi, sajak, tembang dalam bentuk lain menjadi ruh dalam tari-tarian, bela diri, hingga berbagai aspek kebudayaan lainnya.

Islam kata dia, menjadi agama terbesar di Indonesia ini karena karakternya yang adaptif, akomodatif, mengayomi, melebur, tidak membentur-benturkan, apalagi mengkafir-kafirkan.

Bahkan moderat, tengahan, Islam datang ke Nusantara tidak bersifat penaklukan tetapi bersifat peleburan.

"Tidak ada perang. Islam datang ke Aceh tidak menghilangkan budaya Aceh tetapi memperkaya budayanya begitupula di Kalimantan. Begitu juga dengan di tanah Jawa, begitu juga di tempat-tempat lain. Budayanya yang Islam," tuturnya.

Maka, sambungnya, sejak berabad-abad yang lalu, Islam tidak bisa dipisahkan apalagi diceraikan. Indonesia adalah negara berpenduduk Islam terbesar di dunia kemudian menjadi negara demokrasi beragama Islam terbesar di dunia.

"Tetapi tidak menjadi negara agama, ini mesti kita sadari, saya ingin menyoroti ada fenomena berbagai kalangan yang membentur benturkan negara dengan agama," katanya menjelaskan.

Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved