Xi Jinping Buka Suara Soal Rusia dan Ukraina Setelah Pilih Abstain di Resolusi PBB
Untuk itu ia meminta kedua belah pihak memaksimalkan pengendalian diri dan melakukan perdamaian.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Ditengah pergolakan perang Rusia - Ukraina sejumlah negara memberikan dukungan agar perdamaian dikibarkan segera.
Tindakan sejumlah negera mengutuk keras aksi invasi Rusia yang dilancar ke Ukraina, melalui sejumlah sanksi ekonomi.
Seakan tak mau ambil tahu bahkan China memilih abstain dalam pemungutan suara oleh PBB untuk menegur Rusia.
Hingga akhirnya Presiden China Xi Jinping mau buka suara terkait perang Rusia dan Ukraina melalui pertemuan virtual bersama, dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Prancis Emmanuel Macron beberapa waktu lalu.
China menyatakan dukungannya terhadap pembicaraan upaya damai Moskow dan Kyiv, lantaran situasi perang sangat berdampak buruk terhadap kemanusiaan.
Untuk itu ia meminta kedua belah pihak memaksimalkan pengendalian diri dan melakukan perdamaian.
" Sangat sedih melihat api perang menyala kembali di Eropa," ucap Xi Jinping dilaporkan media internasional.
Dalam waktu dekat China akan melakukan koordinasi dengan sejumlah negera Eropa seperpti Prancis, Jerman dan Uni Eropa (UE) soal penyelesaian masalah keduanya.
"Semua upaya kondusif untuk penyelesaian damai krisis harus didukung. Sebab ini bukan untuk kepentingan siapa pun tapi untuk perdamaian," tambah Xi Jinping.
• Rusia Kembali Umumkan Gencatan Senjata Baru dan Hal Yang Harus Dilakukan Pemerintah Ukraina
Enggan Ikut Sanksi Rusia
Selama ini, China enggan mengutuk atau ikut memberi sanksi Rusia atas invasi ke Ukraina.
Beijing bahkan mengaku akan terus bekerja sama dengan Moskow, dikutip dari Kompas.TV.
“Menjatuhkan sanksi di setiap kesempatan tidak akan menghadirkan perdamaian dan keamanan, tetapi menyebabkan kesulitan serius terhadap ekonomi dan kehidupan di negara terkait,” kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian dikutip Associated Press.
Menurutnya perdagangan timbal balik China-Rusia sendiri dilaporkan naik hampir 40 persen sepanjang dua bulan pertama 2022.
Pada awal invasi lalu, China mencabut pembatasan terhadap impor gandum dari Rusia, menyediakan angin segar bagi ekonomi Moskow di tengah sanksi ekonomi ketat.
Akibat invasi ke Ukraina, Rusia disanksi berbagai negara. Sejumlah bank Rusia didepak dari layanan transaksi finansial global, SWIFT.