Doa Katolik
Sejarah Rabu Abu Dalam Tradisi Gereja Katolik
Rabu Abu 2022 tahun ini jatuh pada hari Rabu, 2 Maret 2022. Masa prapaskah ditandai dengan dilakukannya Misa Rabu Abu.
Penulis: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano | Editor: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Rabu Abu adalah hari pertama Masa Prapaskah, yang menandai bahwa kita memasuki masa tobat 40 hari sebelum Paskah.
Rabu Abu 2022 tahun ini jatuh pada hari Rabu, 2 Maret 2022.
Masa prapaskah ditandai dengan dilakukannya Misa Rabu Abu.
Angka 40 selalu mempunyai makna rohani sebagai lamanya persiapan.
Misalnya, Musa berpuasa 40 hari lamanya sebelum menerima Sepuluh Perintah Allah (lih. Kel 34:28), demikian pula Nabi Elia (lih. 1 raj 19:8).
Tuhan Yesus sendiri juga berpuasa selama 40 hari 40 malam di padang gurun sebelum memulai pewartaan-Nya (lih. Mat 4:2).
• Mengapa Ada Abu di Hari Rabu Abu? Simbol Abu Bagi Umat Katolik Artinya Apa?
1. Mengapa hari Rabu?
Gereja Katolik menerapkan puasa ini selama 6 hari dalam seminggu (hari Minggu tidak dihitung, karena hari Minggu dianggap sebagai peringatan Kebangkitan Yesus), maka masa Puasa berlangsung selama 6 minggu ditambah 4 hari, sehingga genap 40 hari.
Dengan demikian, hari pertama puasa jatuh pada hari Rabu. (Paskah terjadi hari Minggu, dikurangi 36 hari (6 minggu), lalu dikurangi lagi 4 hari, dihitung mundur, jatuh pada hari Rabu).
Jadi penentuan awal masa Prapaska pada hari Rabu disebabkan karena penghitungan 40 hari sebelum hari Minggu Paskah, tanpa menghitung hari Minggu.
2. Mengapa Rabu “Abu”?
Abu adalah tanda pertobatan. Kitab Suci mengisahkan abu sebagai tanda pertobatan, misalnya pada pertobatan Niniwe (lih. Yun 3:6).
Di atas semua itu, kita diingatkan bahwa kita ini diciptakan dari debu tanah (Lih. Kej 2:7), dan suatu saat nanti kita akan mati dan kembali menjadi debu.
Olah karena itu, pada saat menerima abu di gereja, kita mendengar ucapan dari Romo, “Bertobatlah, dan percayalah kepada Injil” atau, “Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu” (you are dust, and to dust you shall return).”
3. Tradisi Ambrosian