Pola Hidup Sehat
Arti Resistensi Antimikroba, Penyebab Kematian Secara Global yang Sulit Diobati
Resistensi antimikroba adalah kondisi yang terjadi saat bakteri, virus, jamur, dan parasit berubah seiring waktu sehingga tidak lagi merespons obat-ob
Jenkins menambahkan, Inggris telah menjadikan penanganan AMR sebagai salah satu prioritas kesehatan global, dengan menghabiskan total Rp 5,1 tirliun di seluruh dunia melalui dana Flemning, termasuk sebagian di Indonesia.
“Kami telah bermitra dengan Indonesia untuk melakukan apa yang kami bisa untuk meminimalkan ancaman ini, mendukung peningkatan kapasitas laboratorium dan diagnosis,” tutur dia.
Menurutnya, kerja sama global dalam penanganan resistensi antimikroba sangatlah penting.
Berdasarkan perkiraan di 204 negara dan wilayah, memberikan prediksi paling komprehensif mengenai dampak global resistensi antibiotik, dan mengungkapkan AMR telah menjadi penyebab utama kematian secara global.
Adapun saat ini, infeksi umum seperti saluran pernapasan bawah, infeksi aliran darah, dan infeksi intra-abdomen membunuh ratusan ribu orang setiap tahunnya karena bakteri menjadi kebal terhadap pengobatan.
Ini termasuk penyakit yang dapat diobati secara historis, seperti pneumonia, infeksi yang didapat di rumah sakit, dan penyakit bawaan makanan.
Makalah kesehatan lain yang juga diterbitkan The Lancet menemukan, terdapat tingkat AMR yang sangat tinggi di seluruh Asia Tenggara. Pada tahun 2019, patogen utama sebagai berikut:
E. coli (17.700 kematian)
K. pneumonia (15.200 kematian)
A. baumannii (13.700 kematian)
S. aureus (13.000 kematian)
S. pneumoniae (8070 kematian)
Hal ini memberikan gambaran yang memprihatinkan untuk penanggulangan resistensi antimikroba di daerah. Dengan tingkat rawat inap tinggi dari Covid-19, terdapat risiko beban AMR yang telah meningkat dikarenakan naiknya penggunaan antibiotik.
• Syarat Air Bersih Meliputi Tiga Komponen Yaitu Persyaratan Secara Fisik, Kimia & Kandungan Mikroba
“Data baru dalam makalah GRAM menegaskan skala resistensi antimikroba dan ancamannya terhadap sistem kesehatan di Asia Tenggara, dan di seluruh dunia. Kami sekarang perlu mengembangkan kebijakan yang efektif dan komprehensif untuk menanggapi ancaman ini,” kata Profesor Direk Limmathuraotsakul, Kepala Mikrobiologi di Unit Penelitian Kedokteran Tropis Mahidol-Oxford (MORU), di Bangkok.
Meskipun sejumlah negara telah mengembangkan Rencana Aksi Nasional untuk menanggapi resistensi antimikroba, tantangannya terletak pada kurangnya penegakan dan regulasi ,serta kurangnya ahli epidemiologi AMR yang menghambat upaya implementasi.
Sejauh ini, sistem kesehatan di Asia Tenggara dan di seluruh dunia bergantung pada antibiotik yang efektif.
AMR mengancam kemampuan rumah sakit untuk menjaga pasien tetap aman dari infeksi dan melemahkan kemampuan dokter untuk melakukan praktik medis penting dengan aman, termasuk operasi, persalinan, dan pengobatan kanker karena infeksi menjadi risiko mengikuti prosedur ini.
Bukti tidak cukup cepatnya inovasi untuk mengembangkan vaksin, obat-obatan, dan perawatan yang efektif meliputi:
- Pada tahun 1980-2000, sebanyak 63 antibiotik baru disetujui untuk penggunaan klinis.
- Pada tahun 2000-2018, sebanyak 15 antibiotik tambahan yang disetujui.
- Dari tujuh bakteri resisten obat yang paling mematikan, vaksin hanya tersedia untuk Streptococcus pneumoniae dan Mycobacterium tuberculosis.
- Ketujuh bakteri utama telah diidentifikasi sebagai patogen prioritas oleh WHO, hanya dua yang menjadi fokus program intervensi kesehatan global utama, yaitu S. pneumoniae (terutama melalui vaksinasi pneumokokus) dan M. tuberculosis .
- Membahas pentingnya perkiraan baru untuk mengarahkan tindakan mendesak, Direktur Institut Metrik dan
- Evaluasi Kesehatan, Profesor Chris Murray mengatakan bahwa makalah ini sebagai langkah penting yang memungkinkan untuk melihat skala penuh dari tantangan yang ada.
"Kami sekarang perlu memanfaatkan perkiraan ini untuk memperbaiki tindakan dan mendorong inovasi sehingga kami dapat mengendalikan ancaman dan menghindari kematian lebih lanjut yang dapat dicegah," pungkas dia. (*)