Ingin Vaksin Booster? Kenali Dulu Efek dari Sinovac, Pfizer, AstraZeneca, Moderna hingga Zifivax

Untuk di Indonesia, program vaksinasi booster sudah dimulai pada 12 Januari 2022 lalu dan terus digulirkan.

TRIBUNNEWS/HERUDIN
Siswa SMA mendapatkan suntikan dosis pertama vaksin Covid-19 di SMAN 20 Jakarta, Kamis 1 Juli 2021. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Vaksin merupakan satu diantara ikhtiar melawan Covid 19 yang sedang melanda dunia sejak tahun 2019.

Sejumlah jenis vaksin telah keluar dan disuntikkan kepada masyarakat sebanyak dua kali.

Namun untuk mengantisipasi mutasi virus yang semakin membahayakan, program booster vaksin pun digalakkan.

Untuk di Indonesia, program vaksinasi booster sudah dimulai pada 12 Januari 2022 lalu dan terus digulirkan.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sendiri telah menerbitkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) pada lima jenis vaksin.

Vaksin tersebut, yakni Coronavac PT Bio Farma, Pfizer, AstraZeneca, Moderna dan Zifivax.

Kombinasi Vaksin Booster dan Takaran dari Kemenkes ! Pemberian Secara Homolog dan Heterolog.

Dalam perjalanannya, vaksin-vaksin tersebut ternyata ada efek samping.

Berikut efek samping dari kelima vaksin booster tersebut:

1. Sinovac

Vaksin Covid-19 yang dikembangkan PT Bio Farma dari Bulk Sinovac ini akan menjadi vaksin booster.

BPOM menyebut vaksin ini ketika digunakan untuk vaksin booster dapat meningkatkan titer antibodi netralisasi hingga 21-35 kali setelah 28 hari pemberian.

Efek samping sebagaimana penjelasan Kepala BPOM Penny K Lukito, yakni: munculnya nyeri pada lokasi suntikan.

"Umumnya tingkat keparahannya grade satu dan dua," kata Penny, dikutip dari Kompas.com, 10 Januari 2022.

2. Pfizer

Pfizer dapat diberikan sebagai lanjutan dosis homolog sebanyak 1 dosis minimal setelah 6 bulan dari vaksinasi primer Pfizer.

Vakin Pfizer (Comirnaty) dapat meningkatkan nilai titer antibodi netralisasi setelah 1 bulan pemberian booster sebesar 3,29 kali.

Adapun efek samping dari vaksin ini, yakni nyeri di tempat suntikan, nyeri otot, demam, hingga nyeri sendi.

3. AstraZeneca

Vaksin AstraZeneca juga disetujui sebagai vaksin booster homolog.

Pemberian sebanyak 1 dosis minimal setelah 6 bulan dari vaksinasi primer dosis lengkap AstraZeneca.

Penggunaan booster menunjukkan peningkatan nilai rata-rata titer antibodi IgG setelah booster lanjutan dari 1792 menjadi 3746.

Efek samping yang ditunjukkan bersifat ringan (55 persen) dan sedang 37 persen).

Efek samping paling umum, yakni: nyeri bekas suntikan, tak enak badan, merasa lelah, menggigil atau demam, sakit kepala, mual, hingga nyeri sendi.

3 Alasan Harus Vaksin Booster Dosis 3 Menurut WHO Kemungkinan Dialami Setiap Orang

4. Moderna

Moderna dapat digunakan untuk booster homolog ataupun heterolog (dengan vaksin primer AstraZeneca, Pfizer, dan Jenssen).

Penggunaan dapat dilakukan sekurang-kurangnya 6 bulan setelah mendapat dosis lengkap vaksin primer.

Kenaikan respon imun antibodi netralisasi vaksin ini adalah sebesar 12,99 kali setelah booster homolog.

Sejumlah efek samping yang dilaporkan, yakni: nyeri di tempat suntikan, demam, pegal dan mual.

5. Zifivax

Zifivax ddapat dipakai sebagai booster heterolog setelah vaksin primer Sinovac atau Sinopharm.

Peningkatan titer antibodi penetral lebih dari 30 x.

Adapun efek samping yang bisa muncul, yakni: nyeri pada tempat suntikan, sakit kepala, kelelahan, demam, nyeri otot, batuk, mual, diare dengan tingkat keparahan grade 1 dan 2. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Efek Samping Vaksin Booster: Sinovac, Pfizer, AstraZeneca, dan Moderna

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved