Mengapa Raden Sahid diusir dari Rumah Orang Tuanya saat Remaja!
Lahir di Tuban, Jawa Timur pada 1450 Masehi, Raden Sahid adalah putra Bupati Tuban bernama Tumenggung Wilatikta.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Raden Sahid adalah nama asli dari Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga sendiri termasuk satu dari sembilan wali yang menyebarkan Islam di tanah jawa.
Lahir di Tuban, Jawa Timur pada 1450 Masehi, Raden Sahid adalah putra Bupati Tuban bernama Tumenggung Wilatikta.
Kakeknya bernama Aria Teja atau Abdurrahman, seorang keturunan Arab yang bersambung silsilahnya dengan Saydina Abbas bin Abdul Mutalib, paman Rasulullah SAW.
• Bagaimana Reformasi Pertunjukan Wayang yang Dilakukan Sunan Kalijaga dan Wali Songo Lainnya?
Raden Sahid dididik dalam lingkungan keluarga ibunya, Putri Nawangarum yang berasal dari keluarga Bupati Tuban.
Pemahamannya tentang sastra Jawa membuatnya mahir dan kelak meyampaikan dakwah lewat seni budaya.
Diusir dari Rumah
Di usia remaja, Raden Sahid tumbuh menjadi ilmuan silat, dan remaja yang kontroversi di mata orang Tuban.
Sisi lain Raden Sahid, ia banyak bergaul dengan rakyat jelata meski ia seorang putra bangsawan.
Rupanya ia menyaksikan korupsi para pejabat pemerintahan yang memungut upeti kepada rakyat jelata.
Melihat kondisi ini, Raden Sahid memperhatikan para pejabat yang sewenang-wenang atas kekuasaannya hingga mengambil paksa sebahagian harta mereka untuk diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Dalam buku Sunan Kalijaga, Mistik dan Makrifat (2013), karya Achmad Chodjim, Raden Mas Syahid membongkar gudang kadipaten dengan mengambil bahan makanan, dan membagi-bagikannya kepada orang-orang yang memerlukannya dengan cara diam-diam.
Saat diintai oleh penjaga keamanan kadipaten, Raden Mas Syahid tertangkap basah.
Kemudian dibawa dan dihadapkan kepada ayahnya Adipati Tumenggung Wilatikta.
Tindakan yang dilakukan Raden Mas Syahid membuat ayahnya malu dan mengusirnya.
Namun, Sunan Kalijaga tetap melakukan tindakan tersebut.
Hasil dibagi-bagikan ke masyarakat miskin.
Raden Sahid hengkang dari rumah dan tinggal di hutan Jati Sari.
Orang-orang di sekitarnya mengenalnya dengan julukan lokajaya.
Apa peristiwa yang terjadi sehingga membuat Raden Sahid kembali menuju
kebenaran?
Saat berada di hutan Jatiwangi, Raden Mas Syahid bertemu dengan Sunan Bonang.
Saat itu Raden Mas Syahid membegal dan merampas tongkat milik Sunan Bonang.
Saat menjalankan aksinya, Sunan Bonang menasehati dan membuat Raden Mas Syahid sadar.
Sunan Bonang menyayangkan sikap baiknya yang memberi rakyat jelata dari hasil pengambilan paksa harta orang lain.
Kemudian Sunan Bonang menasehatinya “bagai berwudhu dengan air kencing” tindakannya yang berniat baik tetapi dilakukan dengan perbuatan kotor.
Sunan Bonang pun menunjukkan kemampuannya mengubah buah aren menjadi emas.
Peristiwa ini membuat Raden Sahid menyesali perbuatannya, belajar dan berusaha menjadi manusia yang agung sampai diangkat menjadi salah satu anggota Wali Songo.
Nama Kalijaga dikaitkan dengan cerita perjalanannya bersama Syekh Siti Jenar ke beberapa tempat di Jawa untuk membersihkan tempat-tempat angker yang menjadi tempat pemujaan Dewa.
Ia mengawali dakwahnya di wilayah Cirebon, di desa Kalijaga untuk mengislamkan penduduk Indramayu dan Pamanukan.
Setelah cukup lama berdakwah Sunan Kalijaga melakuka uzlah atau mengasingkan diri untuk beribadah selama tiga bulan di pulau Upih, Melaka, Malasyia.
Kemudian melanjutkan kembali dakwahnya selama beberapa tahun menyiarkan Islam di Cirebon.
Mula-mula ia menyamar sebagai marbot masjid Sang Cipta Rasa. Di masjid inilah ia bertemu Sunan Gunung Jati.
Kemudian menikahkannya dengan Siti Zainab adik dari Sunan Gunung Jati.
Pernikahannya dengan Siti Zaenab, putri Syekh Datuk Abdul Jalil atau Syekh Siti Jenar, memiliki putra bernama Watiswara yang dikenal dengan Sunan Panggung, dan Sunan Panggunglah yang melanjutkan dakwahnya kelak.
Dakwah Sunan Kalijaga dalam mengembangkan Islam banyak melalui pertunjukan wayang sebagai dalang yang populer.
Ia berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain mulai dari daerah kekuasaan Pajajaran hingga Majapahit.
Sebagai imbalan dari warga yang ingin mengundangnya sebagai dalang dalam pertunjukan, upahnya cukup dengan membaca dua kalimat syahadat dan tidak dipungut biaya sama sekali.
Sunan Kalijaga juga merancang pakaian, dan merancang alat-alat pertanian.
Makam Sunan Kalijaga terletak di desa Kadilangu, kota Demak.
Tak ada catatan dari naskah yang menceritakan tahun wafatnya.
Ia merupakan tokoh yang berusia lanjut, mengalami tiga zaman sekaligus, Majapahit, Demak, Pajang hingga Mataram.
Sunan Kalijaga dianggap sebagai pelindung kerajaan Mataram dan menjadi penasihat dalam kebijakan para sultan.
Makam dan Masjid Kadilangu
Makam dan Masjid Kadilangu di Desa Kadilangu, Kecamatan Demak Kota, Kabupaten Demak Jawa Tengah adalah peninggalan dari Sunan Kalijaga, Wali Songgo yang menyebarkan agama Islam di Indonesia khususnya Jawa.
Bangunan-bangunan berupa masjid dan makam Kadilangu merupakan bukti dari keberadaan Sunan Kalijaga dan pengaruhnya di Demak.
Bangunan masjid dan makam Kadilangu menunjukkan ciri khas tipe bangunan pada masa itu.
Bangunan masjid berbentuk jogla dengan atap tumpang (susun) 3 seperti halnya masjid-masjid kuno di Jawa lainnya.
Bangunan makam dan masjid yang berada dalam satu kompleks juga merupakan ciri khas pola tata letak masjid dan makam yang ada di Jawa saat itu.
Bentuk-bentuk jirat yang ada di makam merupakan bentuk jirat kuno dengan beberapa variasi antara lain bentuk gada, kurawal, dan bentuk matahari.
Makam-makam disusun dalam beberapa halaman yang disekat tembok juga menunjukkan ciri khas makam raja atau pejabat dimana makam utama terletak di halaman belakang.
Di Kadilangu ini, makam Sunan Kalijaga sebagai makam utama terletak dihalaman belakang.
Untuk masuk ke makam Sunan Kalijaga harus melewati tiga pintu gerbang.
Kedudukan Sunan Kalijaga di Kadilangu adalah sebagai kepala daerah perdikan yang menguasai beberapa desa di sekitar Kadilangu dan kekuasaan penuh terhadap daerah tersebut untuk mengaturnya.
Kadilangu merupakan daerah khusus yang memang berlaku untuk Sunan Kalijaga dan kemudian dilanjutkan oleh keturunannya, maka keberadaan Kadilangu dan bukti pengaruh Sunan Kalijaga salah satu walisongo yang sangat dari dulu sampai sekarang.
Biodata Sunan Kalijaga
Nama: Raden Sahid atau Raden Mas Syahid.
Nama lain: Lokajaya, Syekh Malaya, Raden Abdurrahman.
Kelahiran: Tuban, Jawa Timur, 1450 Masehi.
Meninggal dunia: 1513 M, Kadilangu.
Orangtua: Raden Ahmad Sahuri (Tumenggung Wilatikta, Ayah) dan Putri Nawarangum (Ibu)
Sumber: Buku SKI Kelas 6, Kompas, Kemendikbud