Orangtua Masih Ragu Pembelajaran Tatap Muka 100 Persen, Diskes Swab Acak per Dua Pekan
Senang saya. Saya itu cuman enam bulan pertama pas kelas satu SMA belajar full di kelas, sisanya belajar online
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pemerintah berencana memberlakukan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen. Orangtua siswa menyambut baik kebijakan tersebut meskipun masih ada pro dan kontra. PTM sangat penting karena pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau belajar online dinilai kurang efektif. Meskipun demikian, orangtua juga masih ragu dan khawatir penularan covid.
"Saya sebenarnya sedikit ragu dan khawatir dengan pembelajaran tatap muka ini. Karena meskipun kita mengantarkan anak ke sekolah, tapi kita tidak bisa memantau 100 persen apa yang dia lakukan," ungkap satu di antara orangtua siswa, Mia (32) kepada Tribun, Senin 3 Januari 2022.
Orangtua siswa di SDN 06 Nanga Pinoh tersebut menilai, sekolah tidak akan bisa sepenuhnya memantau siswa yang cukup banyak.
Dalam hal ini, penerapan protokol kesehatan (prokes). "Sekolah juga demikian, dengan guru yang terbatas apakah mereka bisa memantau kegiatan setiap anak?" ucapnya.
Namun, orangtua siswa di Melawi lainnya, Ani (45) menyambut baik kebijakan tersebut. Menurutnya, hal inilah yang selama ini dinantikan para siswa dan orangtua. Ia menilai, pembelajaran secara daring selama ini dirasa kurang efektif dikarenakan anak lebih banyak menghabiskan waktu bersama smartphone.
• Disdikbud Singkawang Persiapkan Pembelajaran Tatap Muka 100 Persen
"Saya menyambut baik, karena ini kan yang ditunggu. Selama ini anak-anak belajar online saya rasa ini kurang efektif. Kebanyakan mereka menghabiskan waktu bersama gadget," paparnya.
Kendati demikian, ia juga merasa sedikit khawatir. Namun PTM 100 persen ini, menurutnya perlu dilakukan untuk membuat anak lebih berkembang. "Kekhawatiran pasti ada, tapi ini kan untuk kebaikan anak juga. Anak bisa belajar dengan fokus. Pengetahuan dia juga jadi pintar," katanya.
Satu di antara orangtua siswa, Nuri menanggapi terkait Surat Keputusan Bersama (SKB) empat menteri. Menurutnya kebijakan ini sudah cukup tepat, karena siswa juga butuh berinteraksi bersama teman di sekolah.
“Saya baru tahu ada kebijakan ini, ya baguslah, dari pada belajar online yang dimana tidak semua siswa memiliki handphone, khususnya anak SD. Mereka juga butuh berinteraksi dan bermain bersama teman sebaya,” ungkapnya.
Nuri, orang tua siswa di satu SDN Sei Raya Dalam, Kubu Raya, mengatakan, tidak boleh takut berlebihan, namun tetap selalu mentaati Protokol Kesehatan (Prokes). “Kita sudah kelamaan takutnya. Tidak baik kalau seperti itu terus, yang terpenting tetap menggunakan masker dan mencuci tangan saja,” terangnya.
Satu di antara murid SMA di Kota Pontianak, Ari juga menanggapi perihal kebijakan SKB empat Menteri ini. Ia merasa senang karena sudah hampir dua tahun belajar online.
“Senang saya. Saya itu cuman enam bulan pertama pas kelas satu SMA belajar full di kelas, sisanya belajar online. Tahu-tahu sekarang sudah kelas tiga SMA, memang sempat beberapa waktu lalu ada masuk kelas, cuman kan sebagian saja,” jelasnya.
“Jika memang benar nantinya kelas di sekolah boleh full, ya tidak apa-apa, yang terpenting saya ingin fokus belajar di kelas, demi ujian kelulusan,” pungkasnya.
• Aturan Baru Belajar Tatap Muka PTM dan Syarat Masuk Sekolah Tahun Ajaran 2022 di Wilayah PPKM
Respons siswa sangat baik dengan kebijakan ini, Ian (11) siswa kelas VI SDN 06 Nanga Pinoh mengaku senang dengan adanya PTM dikarenakan bisa bertemu teman-teman sekolahnya. "Senang, bahagia bisa ketemu teman-teman langsung," ungkapnya.
Selama ini, Ian bertemu teman-temannya hanya sesekali. Dikarenakan selama kurun waktu dua tahun, pembwlajaran di lakukan secara daring. "Jarang ketemu, paling sekali aja, karena kita belajar online," ucapnya.