Terdampak Banjir, Produksi Cabai di Sintang Anjlok dan Prediksi Harga Tak Stabil hingga 2 Bulan
Berdasarkan pengalaman, kata Sudirman, ia memprediksi harga cabai belum akan stabil sekitar dua bulan.
"Kalau ini dari kampung beda Rp 10 ribu, soalnya orang tahu harga pasaran. Soalnya kita tidak ngambil ke penanam tapi ke peraih (pemasok) sudah bertingkat,” katanya.
Sedangkan cabai yang dipasok dari Kota Pontianak, menurut Sumiati, harganya juga dipengaruhi ongkos kirim. "Saya ngambil lewat Ketapang sama pengirim dari Pontianak ke Ketapang. Ketapang ke sini, jadi besar di ongkos," ungkapnya.
Di Pasar Flamboyan Kota Pontianak, harga cabai rawit mencapai Rp 130 ribu per kg. Pedagang Pasar Flamboyan Pontianak yang biasa disapa Gondro menyampaikan, harga cabai rawit yang dijualnya berkisar dari Rp 120-130 ribu, naik dari harga normal sekitar Rp 50-60 ribu.
Harga tersebut merupakan harga cabai rawit dari lokal Kalbar. Namun untuk harga cabai rawit yang didatangkan dari Pulau Jawa, untuk kualitas baik dijual dengan harga Rp 110 ribu dan yang kurang baik antara Rp 90-100 ribu.
''Untuk harga pada bulan-bulan ini harganya naik-turun, tidak bisa diprediksi ya. Kalau bulan Desember 2021 ini paling tinggi Rp 140 ribu per kilo,'' ujarnya. Dengan naiknya harga cabai saat ini, ia menyampaikan omzet penjualan pun mengalami penurunan.
Pedagang di Pasar Dahlia Pontianak Hajatiah menjual cabai rawit lokal Rp 120 ribu per kilogram. Sementara cabai rawit dari Pulau Jawa dijualnya Rp 100 ribu per kilogram. Ia mengatakan, sejak harga cabai naik, omzet penjualan khususnya cabai, mengalami penurunan.
Data Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Kalbar mencatat bahwa terjadi lonjakan harga cabai di Kalbar pada 2021 ini. Rata-rata harga cabai di berbagai daerah di Kalbar dari bulan Juli 2021 hingga November 2021 mulai dari Rp 40-an ribu hingga Rp 80 ribu per kg. Lonjakan harga begitu terasa di bulan Desember, yang mencapai Rp 130 ribu hingga 150 ribu.
Kepala Bidang Hortikultura, Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Kalimanatan Barat, Bader Sasmara SHut MMA, menyampaikan bahwa kenaikan harga cabai di Kalbar yang terjadi saat ini disebabkan beberapa faktor.
Di antaranya banjir yang terjadi di beberapa daerah di Kalbar. Di lain pihak, Kalbar masih belum memiliki daerah sentra penghasil cabai. Hingga kini, ia mengatakan, selain dari produksi lokal Kalbar, untuk mencukupi kebutuhan masih mengandalkan cabai kiriman dari luar Kalbar.
Selain itu, tingginya kebutuhan masyarakat saat Natal dan Tahun Baru pun, menurutnya menjadi faktor meningkatnya harga cabai. “Harga di pasaran itu berkisar Rp 135 ribuan sampai 150 ribuan, dan di tingkat petani itu harga kisaran Rp 85 ribuan,” katanya.
“Secara khusus kita di Kalbar tidak ada daerah pertanian khusus cabai, yang ada swadaya masyarakat, dan di Kalbar pada tahun 2021 bantuan untuk tanaman cabai sebanyak 3 hektare yang tersebar di Kabupaten Bengkayang, Sintang dan Kapuas Hulu,” tuturnya.
Ke depan, bilamana pemerintah hendak menstabilkan harga pangan di Kalbar perlu dibangun BUMD khusus pertanian yang menampung hasil dari para petani, sehingga petani tidak khawatir memproduksi aneka komoditas pertanian.
Di samping itu, dengan adanya BUMD yang berfungsi menampung hasil pertanian, secara langsung pemerintah dapat membantu menstabilkan harga berbagai komoditas pertanian di pasaran.