Terdampak Banjir, Produksi Cabai di Sintang Anjlok dan Prediksi Harga Tak Stabil hingga 2 Bulan
Berdasarkan pengalaman, kata Sudirman, ia memprediksi harga cabai belum akan stabil sekitar dua bulan.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Sintang Yustinus mengatakan, lonjakan harga cabai menyentuh harga tertinggi di pasaran tidak dapat dihindari.
Menurutnya, hal itu disebabkan cuaca ekstrem yang terjadi di sejumlah wilayah di Kabupaten Sintang, hingga berakibat petani gagal panen cabai.
• Sebut Kenaikan Harga Cabai Tak Bisa Dihindari, Yustinus Harap PPL Intensif Dampingi Petani
"Terkait harga cabai yang melonjak tajam beberapa hari ini di pasaran, tentu tidak bisa kita hindari. Hal ini karena kondisi cuaca di Kabupaten Sintang sampai bulan Desember masih ekstrem, dengan tingkat intensitas curah hujan cukup tinggi, yang berdampak terhadap gagal panen cabai, belum lagi hama penyakit," kata Yustinus.
Terkait cabai petani Desa Pakak yang gagal panen karena terserang hama, Yustinus meminta instansi terkait agar mengintensifkan peran penyuluh pertanian lapangan (PPL) untuk mendampingi para petani.
"Kita minta kepada instansi teknis, para PPL agar terus diintesifkan dalam hal pendampingan kepada para petani cabai, dengan harapan tiga bulan ke depan produksi cabai maupun harga di Sintang dapat stabil kembali," harap Yustinus.
[Update berita Cabai di Kalbar]
Tak Setinggi Sintang
Kenaikan harga cabai juga terjadi di beberapa daerah di Kalbar. Hanya saja, kenaikannya tidak setinggi di Kabupaten Sintang. Di Ketapang, harga cabai berkisar antara Rp 150 ribu per kg. Kondisi ini dikeluhkan pedagang yang pengaruh terhadap menurunnya minat para pembeli.
"Saat ini per kilonya Rp 150 ribu. Padahal sebelumnya hanya berkisar Rp 60 ribu hingga Rp 65 ribu perkilonya," ujar seorang pedagang di Pasar TNI, Susi (45).
Susi kesehariannya menjual berbagai macam kebutuhan pokok yang terletak, di Jalan Diponegoro, Kecamatan Delta Pawan. Menurut Susi, kenaikan harga cabai ini sudah terjadi sekitar sebulan terakhir. Ia pun memprediksi, harga akan kembali normal saat masuk Januari 2022.
"Memang kerap terjadi kenaikan biasanya pada akhir tahun. Semoga ketika masuk Tahun 2022 harga mulai kembali normal sehingga minat pembeli juga kembali normal," harapnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, tak hanya cabai yang mengalami lonjakan harga. Bahan pokok lainnya, seperti minyak goreng dan telur ayam juga terjadi kenaikan.
Susi menjelaskan, minyak goreng yang tadinya seharga Rp 10 ribu per liter, sekarang melonjak mencapai Rp 25 ribu. Sedangkan telur ayam yang biasanya Rp 2 ribu per butir, sekarang naik menjadi Rp 2.500.
"Memang biasanya terjadi kenaikan pada akhir tahun, namun kalau untuk minyak goreng ini yang parah. Biasanya naik hingga Rp 15 ribu, namun tahun ini yang parah hingga Rp 25 ribu," katanya.
Naiknya harga cabai juga diungkapkan pedagang-pedagang di pasar sayur, Kecamatan Sukadana, Kayong Utara. Seorang pedagang, Sumiati, membeberkan harga cabai yang dijual seharga Rp 120-130 ribu untuk cabai pasokan dari desa.
Sedangkan, cabai pasokan dari Kota Pontianak biasanya Rp 140-150 ribu per kg. "Per kilo Rp 140 ribu, Rp 150 ribu paling tinggilah, ngambil dari Pontianak,” ungkapnya.