Sebut Kenaikan Harga Cabai Tak Bisa Dihindari, Yustinus Harap PPL Intensif Dampingi Petani

Terkait cabai petani di Desa Pakak yang gagal panen karena terserang hama, Yustinus meminta instansi terkait agar mengintensifkan peran PPL di lapanga

Penulis: Agus Pujianto | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK/AGUS PUJIANTO
Marijan, pedagang di Pasar Junjung Buih, sedang berjualan di lapak dagangannya. Menjelang akhir tahun, harga komoditas pangan seperti cabai melejit di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG - Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Sintang, Yustinus mengatakan kelonjakan harga cabai menyentuh harga tertinggi di pasaran tidak dapat dihindari.

Menurutnya, hal itu disebabkan cuaca ekstrem yang terjadi di sejumlah wilayah di Kabupaten Sintang, hingga berakibat pada gagal panen cabai di level petani.

"Terkait harga cabai yang melonjak tajam beberapa hari ini di pasaran, tentu tidak bisa kita hindari. Hal ini karena kondisi cuaca di Kabupaten Sintang sampai bulan Desember masih ekstrim, dengan tingkat Intensitas curah hujan cukup tinggi, yang berdampak terhadap gagal panen cabai, belum lagi hama penyakit," kata Yustinus kepada Tribun Pontianak, 28 Desember 2021.

Terkait cabai petani di Desa Pakak yang gagal panen karena terserang hama, Yustinus meminta instansi terkait agar mengintensifkan peran PPL di lapangan mendampingi para petani.

"Kita minta kepada instansi teknis, para PPl agar terus diintesifkan dalam hal pendampingan kepada para petani cabai,
dengan harapan 3 bulan ke depan produksi cabai maupun harga di sintang dapat stabil kembali," harap Yustinus.

Harga komiditi cabai di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, menyentuh level tertinggi mencapai Rp 200 ribu rupiah perkilogramnya jelang akhir tahun 2021.

Harga Cabai di Sintang Meroket Hingga Rp 200 Ribu, Sudirman Nilai Disebabkan Pasokan Berkurang

Melejitnya harga cabai disebabkan berkurangnya pasokan cabai lokal, khususnya dari Desa Pakak, Kecamatan Kayan Hilir, dan juga pasokan dari luar Sintang.

"Itu sejarahnya memang tahun ini lah harganya tertinggi. Tahun sebelumnya belum pernah terjadi harga melonjak besar (seperti sekarang," kata Kepala Dinas Perindagkop dan UKM Kabupaten Sintang, Sudirman, Selasa 28 Desember 2021.

Menurut Sudirman, lonjakan harga cabai terjadi karena pasokan berkurang, sementara kebutuhan cukup besar di Kabupaten Sintang. "Memang komiditas cabe mengalami lonjakan yang luar biasa. Nah ini apa sebabnya, karena pasokan cabai itu sebagian besar dari luar sintang. Baik itu dari singkawang, bahkan dari luar kalbar, seperti sulawesi dan jawa," jelasnya.

Tingginya harga cabai di tingkat pedagang juga disebabkan berkurangnya pasokan cabai lokal, seperti dari Desa Pakak. Sudirman menyebut, hal ini lantaran cuaca buruk dan banjir yang sempat melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Sintang, beberapa waktu lalu.

"Khusus andalan cabai lokal, selama ini dari Pakak. Ya cukup lumayan, cabai pakai biasa 20 ribu sekarang 80. Khusus lokal ini budidaya cabai kena banjir berpengaruh ndak bisa produksi, karena banyak mati. Itu faktornya harganya melonjak. Kemudian dari luar karena musim juga produksinya berkurang. Kalau persoalan transportasi ndak masalah. Jadi penyebabnya stoknya memang terbatas," ujar Sudirman.

Tepis Permainan Pasar

Sudirman menepis anggapan adanya permainan pasar yang menyebabkan harga cabai melambung tinggi menyentuh angka Rp 200 ribu rupiah perkilogramnya.

Menurutnya, kenaikan harga cabai murni terjadi lantaran pasokan berkurang dipengaruhi pelbagai faktor cuaca dan berkurangnya produksi dari tingkat petani.

"Ndak bakal ada permainan (pasar) dia menimbun cabai atau menyetok banyak. Justru mereka langsung jual. Karena ketahanan cabai, paling seminggu udag maksimal. Ndak ada istilahnya seperti itu (permainan pasar). Karena cabai ini kan siapa orang yang mau menyetok cabai lama-lama. Kecuali komoditi lain, misal gula, minyak goreng, itu kemungkinan. kalau cabai mau nyetok nanti malah rugi," tegas Sudirman, Selasa 28 Desember 2021.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved