Harga Cabai Rawit Naik Hingga Rp 150 Ribu, Kabid DTPH Kalbar Nilai Butuh Terbentuk BUMD Pertanian
Bader Sasmra mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan harga cabai naik hingga Rp 150 ribu perkilo gram. Dibandingkan harga pasaran biasanya
Penulis: Anggita Putri | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Jelang pergantian tahun 2021-2022 tepatnya dipenghujung tahun 2021. Masyarakat Kalbar dihadapkan dengan kenaikan harga cabai rawit yang meningkat drastis.
Kabid Hortikultura Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat, Bader Sasmra mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan harga cabai naik hingga Rp 150 ribu perkilo gram. Dibandingkan harga pasaran biasanya hanya Rp 130 ribu per kg.
Dimana sejak November ke Desember terjadi perubahan harga pasar yang biasa Rp 130 ribu menjadi kisaran Rp 150 ribu. Sedangkan di harga tingkat petani dari Rp 85 ribu sampai Rp 90ribu.
“Faktor kenapa harga cabai naik karena ada beberapa kabupaten terkena banjir seperti Sanggau, Ketapang, Kubu Raya, Sintang dan Melawi,”ujarnya kepada Tribun Pontianak, Rabu 29 Desember 2021.
• Sepanjang Tahun 2021, Polresta Pontianak Tangani 1.113 Kasus
Selain dihadapkan dengan beberepa daerah di Kalbar yang ila banjir beberapa waktu lalu. Fakta lainnya momen Natal dan Tahun Baru.
Ia mengatakan namun demikian, Dinas terkait mengucapkan terima kasih atas swdaya masyarakat Kalbar yang telah menanam cabai dan bawang. Dikatakannya di tahun 2021 bantuan untuk cabai sebanyak 3 Ha yang tersebar di Kabupaten Bengkayang, Sintang dan Kapuas Hulu.
Ia mengatakan dampak beberapa daerah di Kalbar terendam banjir. Walaupun jumlahnya tidak terlalu banyak, tapi masing-masing lahan cabai ditiap daerah yang terdampak sekitar satu hektare.
Dikatakannya bahwa sebenarnya Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi sadari bahwa anggaran untuk cabai dari Pemerintah masih terbilang kecil.
“Bahkan untuk tahun 2021 anggaran untuk cabai hanya 3 hektare. Sedangkan kebutuhannya kita banyak, dan secara keseluruhan masih kurang,”ujarnya.
Ia menambahkan untuk Produksi masih kecil dari Januari sampai Agustus 2021 hanya dapat 4.105 ton, sedangkan untuk kebutuh Kalbar butuh 8000an ton.
“Rata-rata saya lihat didaerah kita ada cabai,” ucapnya.
Ia mengatakan apa solusi kongkrit yang harus dilakukan pemerintah yakni bisa dengan mendorong petani untuk lebih swadaya karena anggaran untuk cabai masih kecil hanya 3 hektare.
“Jadi kita terus edukasi petani untuk swadaya,” ucapnya.
Selain itu untuk solusi jangka menengah membuat roadmap atau gambar terhadap harga cabe. Kedepan akan dipetakan dimana daerah yang masih kurang cabai dan daerah mana yang banyak cabai rawit.
Lalu hasil petani sebagai dasar untuk mensubsidi cabai di daerah yang kurang untuk menjaga kestabilan harga. Sedangkan untuk solusi jangka panjang dikatakannya perlu stake holder dan pemerintah untuk membangun BUMD Pertanian.
“Dengan BUMD Pertanian kita bisa menentukan harganya berapa, ketika harga cabai tinggi atau anjlok pada panen raya. Cabai. Kalau harga tinggi lewat ini lah kita menstabilkan harganya,”ujarnya.
Dinas terkait menjadi serba salah ketika produksi bagus, dan kadang harga anjlok. Namun pada momen harga tinggi seperti sekarang petani menikmati harga itu. Karena tidak selamanya harga cabai tinggi bahkan kadang anjlok.
“Kedepan kalau ada BUMD, petani kita kLau masalah biaya tidak masalah, namun yang jadi masalah yakni manajemennya bagaimana petani menanam secara siklus sehingga serempak panen dan bisa diatur tanamannya,”ungkapnya
Ia mengatakan Pemerintah, maupun Bank BI atau lainnya bisa memikirkan terkait BUMD. Kalau perlu terkait kawasan, Pemerintah juga harus memikirkan Landk Banking (Bank Lahan), karena semakin hari manusia makin bertambah dan lahan semakin dikit.
• Genjot Produktivitas Guna Stabilitas Harga, Sudirman Sarankan Perbanyak Budidaya Cabai di Sintang
“Kalau menggunakan lahan pemerintah tidak mungkin di jual oleh petani dan nanti manajemennya bisa dibawah BUMD. Sehingga perputaran ekonomi bagus,”ujarnya.
Ia mengatakan Petani yang ada saat ini rata-rata diumur 40 tahun keatas. Selain itu banyak perempuan juga, tidak hanya laki-laki. Maka dari itu, anak muda perlu dimotivasi untuk kembali ke sektor pertanian.
“Saya yakin kalau di urus secara BUMD atau dengan manajemen yang bagus maka sekotd pertanian akan lebih menarik,”ujarnya.
Berdasarkan data yang ada di Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat untuk ketersediaan cabai rawit tahun 2021 untuk 14 kabupaten,kota Se-Kalbar dari Januari- Desember yakni sebanyak 6.918 ton. Lalu jumlah kebutuhan dari Januari hingga Desember 2021 mencapai 16.226 ton. (*)
[Update Informasi Seputar Kota Pontianak]