Hasil Whole Genome Sequensing 150 Sampel, Terdapat 56 Varian Delta India di Kalbar
Harisson mengatakan Varian AY.4.2 mutan virus COVID-19 yang lebih infeksius, lebih cepat penularannya sekitar 12,4 persen dari varian sebelumnya.
Penulis: Anggita Putri | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Kepala Dinas Kesehata Provinsi Kalbar, Harisson mengatakan bahwa Provinsi Kalbar melalui laboratorium RS Universitas Tanjungpura rutin mengirim sampel untuk dilakukan Whole Genom Sequensing (WGS) di Balitbangkes Kemenkes di Jakarta.
Setiap bulannya lebih dari 30 sampel yang dikirim untuk dilakukan WGS. Sejauh ini sudah ada sekitar 150 sampel yang dikirim dan sebagian sudah mendapatkan hasil.
Dimana untuk pengiriman terakhir yaitu pada tanggal 11 Oktober 2021 sebanyak 34 sampel belum mendapatkan hasil dari Balitbangkes.
Terhadap 150 sampel yang sudah dikirim terdahulu, diantaranya terdapat 56 varian Delta atau varian Old Delta atau varian Delta India yang merupakan varian yang sama yang sebelumnya menyebabkan lonjakan kasus di Kalimantan Barat pada bulan Mei- Agustus tahun 2021.
• Antisipasi Varian Corona AY.4.2, Kalbar Rutin Lakukan Pemeriksaan Whole Genome Sequencing di Jakarta
Untuk varian Delta Plus atau AY 4.2 yang merupakan varian yang menyebabkan lonjakan kasus di Inggris, Singapura dan Malaysia masih belum terdeteksi pada sampel yang dikumpulkan dan dikirim ke Balitbangkes oleh Lab Untan.
Adapun sampel yang dikirim tiap bulannya ke Jakarta adalah sampel masyarakat dengan kasus konfirmasi positif COVID-19 dengan nilai CT dibawah 30, dan seluruh kasus konfirmasi positif pada PMI (Pekerja Migran Indonesia) dari Serawak Malaysia yang masuk melalui PLBN Aruk dan Entikong.
“Untuk sampel PMI semua yang positif kita kirim ke Jakarta, dimana ada sekitar 30 sampel tiap bulannya yang kita kirim untuk diperiksa,”jelasnya.
Para ahli juga tengah menaruh perhatian pada turunan virus corona varian Delta AY.4.2 yang kini angka kasusnya tengah meningkat terutama di Inggris.
Varian ini disebut sebagai keturunan dari varian Delta B.1.167.2 yang membawa dua mutasi karakteristik pada spike, Y145H dan A222V.
Harisson mengatakan bahwa AY.4.2 telah dinyatakan oleh WHO pada 21 Oktober 2021 sebagai Variant Under Investigation (VUI) atau varian yang sedang di selidiki.
“Untan terakhir sudah mengirimkan sampel ke Jakarta pada 11 Oktober 2021, dan sampai saat ini belum terindentifikasi varian virus AY 4.2,”ujarnya.
Selanjutnya Harisson mengingatkan bahwa tidak terdeteksinya Varian AY 4.2 pada sampel yang dikirim oleh Untan ke Jakarta bukan bearti Kalbar aman dari varian Delta Plus tersebut.
Harisson mengatakan Varian AY.4.2 mutan virus COVID-19 yang lebih infeksius, lebih cepat penularannya sekitar 12,4 persen dari varian sebelum nya.
Untuk itu masyarakat diharapkan tetap waspada dan tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan.
Demikian terkait hal tersebut, Kalbar dalam hal ini Laboratorium Untan setiap bulan selalu rutin mengirimkan sekitar 30 lebih sampel untuk pemeriksaan Whole genome sequencing ke Balitbangkes Jakarta untuk melihat apakah ditemukan varian-varian dari mutasi Virus COVID-19 di kalbar.
“Pengiriman sampel setiap bulannya acak dimana diambil dari kasus masyarakat umum yang CT di bawah 30, dan semua kasus positif para PMI tanpa melihat nilai CT nya,”jelasnya
Sampai sekarang belum terdeteksi varian delta plus atau AY.4.2 di Kalbar. Untuk itu Pemprov Kalbar terus melakukan upaya menjaga pintu-pintu masuk ke Kalbar.
Adapun upaya yang dilakukan diantaranya telah dikeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 196 tahun 2021 tentang Perubahan Keenam atas Pergub 110 tahun 2020.
“Jadi disitu tertuang bagi pelaku perjalanan dalam negeri yang akan masuk ke Kalbar, baik melalui moda transportasi udara, darat dan laut harus pcr negatif,”ungkapnya.
Begitu juga untuk Satgas Perbatasan antar negara diberlakukan Surat Edaran Satgas Nasional tentang perjalanan luar negeri.
Dimana para PMI harus mengantongi hasil PCR negatif sebelum masuk ke Indonesia dan dilakukan pemeriksaan PCR kembali pada saat tiba di PLBN.
Apabila PMI sudah melakanakan vaksinasi lengkap maka akan dikarantina selama tiga hari namun apabila baru melaksanakan vaksinasi dosis pertama akan dilaksanakan karantina selama lima hari.
“PMI yang masuk ke Kalbar harus membawa surat PCR negatif dari negara asal dan surat keterangan telah di vaksin.”ujarnya.
Hal tersebut diakui Harisson sebagai salah satu langkah pencegahan masuknya virus varian Delta Plus melalui pintu perbatasan.
“Jadi yang kita khawatirkan adalah masuknya AY.4.2 dari wilayah perbatasan yang dibawa oleh PMI, serta jalur masuk dari Penerbangan Batam ke Pontianak,”ungkapnya.
Sementara virus AY.4.2 adalah virus yang daya tularnya atau tingkat infeksius sekitar 12 persen lebih tinggi dari varian sebelumnya.
“Kita khawatir karena varian AY.4.2 telah menyebabkan peningkatakan kasus yang tajam di Singapura dan Malaysia. Padahal kedua negara tersebut sangat ketat dalam pelaksanaan baik protokol kesehatan maupun tracing dan testing,” pungkasnya. (*)
(Simak berita terbaru dari Pontianak)