Anggota TNI dan Polri Ikuti Misa Bersama Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus

Sejak Uskup Agustinus bertugas diwilayah Keuskupan Agung Pontianak, melihat kondisi TNI Polri juga membutuhkan pendampingan rohani, maka sejak 30 Apri

Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA
Para Personel TNI dan Polri mengikuti Misa Bersama dengan Uskup Agung Pontianak, Mgr Agustinus Agus 

Selain refleksi, Uskup Agung Pontianak - Mgr Agustinus Agus juga mengisahkan garis besar sejarah Gua Maria Anjongan.
Mgr Agustinus mengisahkan pada saat Gerakan G30S PKI tahun 1965 yang berdampak dalam situasi dan keamanan di Kalimantan Barat.

Saat itu, pada tanggal 17 Oktober 1967 terjadi peristiwa yang dikenal dengan 'demonstrasi' orang Dayak dan orang Tionghua yang berakibatkan banyak korban dan nyawa. Dengan kata lain terjadi pertumpahan darah dan tragedi 'merah' yang menyat hati.

Prihatin dengan peristiwa tersebut dan kerinduan besar akan kehidupan yang penuh kedamaian itulah yang menggerakan hati Pastor Isak Doera Pr (yang kemudian menjadi Uskup Sintang pada tahun 1977-1996), yang sejak Juni pada 1967 bertugas sebagai pastor tentara, kepala rohaniwan katolik (Rohat) dengan pangkat tituler "Mayor TNI" pada KODAM XII TANJUNGPURA, menyarankan kepada Antonius Leonardus van Aert (Pemimpin umat di Anjongan) dibantu oleh Simon Petrus (Katekis Paroki Katedral Santo Yosep Pontianak) untuk mencari tempat yang tepat, untuk membangun Gua Maria.

Usung Tema Keberagaman, Gedung Convention Centre UPB Pontianak Rampung Dibangun

Tempat tersebut dibangun bukan hanya dimaksudkan sebagai tempat ziarah tetapi diharapkan juga sebagai tempat mempertemukan kedua kelompok yang bertikai agar terciptalah perdamaian.

Tanggal 29 April 1973 Mgr. Hieronymus Bumbun OFMCap pada saat itu masih pastor dan menjabat sebagai Vikjen Keuskupan Agung Pontianak, meresmikan dan memberkati Gua Maria Anjongan yang kemudian diberi nama 'Maria Ratu Pencinta Damai". Uskup Agung waktu itu, Mgr. Herculanus Joannes Maria van der Burgt, OFMCap (tanggal 31 Januari 1961- 2 July 1976).

Sejak saat itulah Gua Maria Ratu Pencinta Damai Anjongan resmi digunakan oleh umat Katolik sebagai tempat ziarah. Pelayanan Pastoralnya, diilaksanakan oleh Pastor Herman Josep van Hulten, OFMCap yang bertugas di Paroki Menjalin (1964-1974).

Sehubungan dengan adanya Gua Maria itu, Bpk. Antonius Leonardu van Aert memberi kesaksian: "Orang Tionghua dan etnis Dayak diberi kesempatan untuk saling bertemu dan memaafkan dibawah kaki Bunda Maria dan ternyata usaha ini berhasil."

Sebagai wujud syukur kepada Bunda Maria atas terciptanya kedamaian tersebut 27 Mei 2018 diresmikan dan diberkati Patung Raksasa,

'Maria Ratu Pencinta Damai' yang terletak di jalan masuk Gua Maria oleh Mgr. Agustinus Agus Uskup Agung Pontianak. Tertulis Anjongan 1 Oktober 2021, oleh Komsos Keuskupan Agung Pontianak.

Kami bangga

Sebagai anggota aparat dalam kesan dari Mayor Czi Ignatius agung S.S.T KODAM XII/TPR mengaku bangga dengan adanya kegiatan misa berkumpul bersama seperti ini. Sebagai perwakilan anggota TNI Angkatan Darat ia berharap semoga kegiatan berkumpul bersama seperti ini harus ditingkatkan bahkan ia menghumbau agar setiap awal bulan semua anggota bisa membawa keluarga untuk berdoa bersama dalam setiap pertemuan.

Sama dengan itu, Kompol Anton Waka Polres Mempawah juga mengungkapkan rasa terima kasih dan perasaan yang luar biasa itu dalam bentuk syukur serta terima kasih kepada Uskup Agung Pontianak, Mgr Agustinus Agus karena selain meluangkan waktu, Uskup Agustinus juga memberikan wejangan dan refleksi rohani kepada segenap yang hadir.

Ada pula perwakilan dari Letda Laut (KH) Boin Nofetrus Sihotang dan Letkol Kal Yohanes Eko K, TNI Angkatan Udara yang mengungkapkan rasa bangga sekaligus syukur, karena mereka boleh dipersatukan dan dikuatkan lagi dalam satu iman. (*)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved