Apa Falsafah Hidup Sunan Drajat yang Dikenal Luas di Masyarakat?
Berdasarkan nasihat dan petuahnya yang dikenal masyarakat sebagai pepali pitu, Sunan Drajat digambarkan sebagai sosok yang peduli terhadap masyarakat
Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
Ibunya berdarah Jawa yang membuat pengetahuannya tentang bahasa, sastra dan budaya lebih dominan bercorak Jawa.
Seperti Sunan Bonang kakaknya, ia pun sangat pandai menggubah berbagai jenis tembang macapat pungkur berisi pesan-pesan Islam.
Menginjak usia sekolah, ia belajar langsung kepada Sunan Ampel, ayahnya.
Kemudian Sunan Ampel mengirimnya ke Cirebon memperdalam ilmu agama kepada Sunan Gunung Jati.
Kepergiannya nyantri di Cirebon mempertemukannya dengan sang istri, Dewi Sufiyah, putri Sunan Gunung Jati.
Setelah menikahi Dewi Sufiyah, Raden Qasim tinggal di Kadrajat sehingga disebut Pangeran Kadrajat atau Pangeran Drajat.
Setelah beberapa tahun berdakwah di Kadrajat Sunan Drajat kembali ke Ampeldenta, namun ayahandanya memintanya menyebarkan Islam di pesisir barat Gresik.
Berdasakan cerita tutur setempat, dikisahkan dalam perjalanan laut menuju Gresik, perahu yang ditumpangi Sunan Drajat dihantam gelombang besar dan pecah di tengah laut.
Dengan pertolongan Allah, Sunan Drajat ditolong oleh ikan Cucut dan ikan Talang sampai mendarat di sebuah tempat bernama Jalag, desa Banjarwati.
Kedatangannya pun di sambut baik oleh sesepuh kampung bernama kyai Mayang Madu dan Mbah Banjar.
Ia pun mengajar dan menikah di Jalag, mendirikan Surau sebagai tempat mengaji dan mengajar agama Islam.
Dalam dakwahnya, Sunan Drajat dikenal sosok yang baik dalam berkomunikasi lewat kesenian.
Ia dikenal juga sebagai sosok yang menyukai pertunjukan wayang dan sesekali tampil sebagai dalang seperti kakaknya Sunan Bonang.
Lewat seni dan budaya Sunan Drajat menyampaikan ajaran Islam sehingga masyarakat menerima Islam dengan baik.
Di usia tua, Sunan Drajat tinggal di Dalem Wulur, sebuah tempat tinggi arah selatan dari desa Drajat.
Di sinilah ia menghabiskan masa hidupnya untuk berdakwah.
Terdapat sejumlah peninggalan yang terpelihara sampai sekarang, diantaranya singko mengkok yaitu seperangkat alat musik gamelan dan beberapa benda lainnya.
Sunan Drajat wafat pada tahun 1522 M, dimakamkan di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Sumber: Buku SKI Kelas 6