Kecamatan Ambalau Sudah Merdeka Sinyal, Noveka: Tak Lagi Ketinggalan Informasi
Sebelum ada sinyal, yang pasti susah berkomunikasi dalam urusan pekerjaan. Jika ada pasien darurat, susah untuk konsultasi ke dokter Puskemas
“Sejak ada sinyal, kami tidak lagi ketinggalan informasi mengenai pandemi, terutama bagi warga yang ingin mendapatkan vaksinasi dan jadwal vaksin. Saya juga tidak lagi merasa khawatir dengan keluarga yang ada di Sintang,” kata Rini.
Tulis Pesan di Batu
“Rombongan jemputan Dinas Kesehatan dari Desa Deme tiba di riam panjang jam tiga sore dan kembali jam 6 sore sebanyak 5 orang dan sampan 4 buah”
Kalimat itu tertulis di lempengan batu yang ditemukan oleh tim Dinas Kesehatan (Diskes) Sintang, di antara bebatuan yang berada di Riam Panjang, Desa Deme, Kecamatan Ambalau. Pesan itu, ditulis oleh Werenfridus Serak, Kades Deme dengan huruf capital, lengkap dengan tanda tangannya.
Tribun, pernah menapakan kaki di Desa Menantak hingga Desa Deme, desa terakhir yang berada di perhuluan Sungai Jenggonoi, DAS sungai Melawi pada Februari 2019 silam.
Werenfridus Serak bukan tidak punya handphone untuk menghubungi rombongan Diskes Sintang ketika dia dan warganya tiba di Riam Panjang untuk menjemput rombongan. Begitu pula sebaliknya. Sehingga, mereka tidak harus menunggu dan bisa janji ulang akan dijemput kapan.
“Ini masalah sangat sulit. Saya sering mendapat informasi terlambat. Misal ada kegiatan di kecamatan atau kabupaten, informasinya telat sampai. Kirim surat juga bakal datang terlambat,” kata Serak.
• Modal HP dan Kuota Dapat Uang Tiap Hari, Berikut Lima Aplikasi Penghasil Uang dan Terbukti Membayar
Dulu, jaringan seluler hanya berada di Nanga Kemangai, pusat Kecamatan Ambalau. Itupun jaraknya sangat jauh. Bisa sehari atau lebih, tergantung pasang-surut air sungai. Dari pusat Sintang ke Deme atau Desa Menantak, bisa tiga hari perjalanan, bahkan lebih.
Ambalau, merupakan Kecamatan terjauh dari dari kota Kabupaten Sintang. Wilayah kecamatan ini terbesar dari 14 kecamatan yang ada Bumi Senentang. Luasnya mencapai 5.991,97 kilometer persegi. Berdasarkan data BPS 2021 atau 29,52 persen dari total wilayah kabupaten nomor 3 terbesar di Kalbar. Saking luasnya, 62,74 persen wilayah ini sebagian besar perbukitan.
Bagi warga pedalaman yang ingin pergi ke Kecamatan Ambalau, jutaan rupiah harus disiapkan. Lama perjalanan juga tergantung pasang surut air sungai.
Tak terhitung banyaknya jeram yang harus dilintasi, ditambah jalan kaki. Sebagian besar desa di Kecamatan Ambalau, belum terhubung jalan darat. Sungai menjadi satu-satunya akses transportasi.
Berdasarkan data Kecamatan Ambalau dalam angka tahun 2020, kondisi jalan darat antar desa berstatus tidak dapat dilalui sepanjang tahun oleh kendaraan roda 4 atau lebih.
Dari 33 desa yang ada, hanya tujuh desa yang bisa diakses melalui jalan darat dan air. Selebihnya, hanya bisa ditempuh dengan jenis transportasi air. Tak ada angkutan umum di Kecamatan Ambalau. Sepeda motor saja, jumlahnya hanya 545 unit berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang tahun 2020.
Medan sungai untuk menjangkau desa-desa di perhuluan Ambalau, sangat ekstrem. Dibutuhkan motoris handal dan hapal medan. Jumlahnya, bisa ratusan.
Pasang surut debit sungai menjadi pertimbangan penting bagi kelancaran transportasi air. Jika air pasang, gelombang yang ditimbulkan dari riam begitu menakutkan dan mampu menghempas bodi kapal. Jika tidak berhati-hati, dapat membahayakan keselamatan. Bisa-bisa, perahu terbalik dan tenggelam.
Setiap motoris sangat memperhatikan keselamatan penumpang. Mereka tidak mau memaksakan mengangkut banyak penumpang ketika dirasa gelombang pasang tinggi.
Motoris memilih untuk mengurangi beban penumpang dan bolak balik melewati riam agar mengurangi resiko perahu karam. “Kalau air pasang, gelombang bisa mencapai 4 meter lebih,” cerita Petrus Bodon.