WHO Kritik Vaksin Berbayar Kimia Farma! Ann Lindstrand Nilai Vaksin Gotong Royong Berbayar Tak Tepat
Ternyata, polemik tentang vaksin berbayar Kimia Farma tidak hanya memantik reaksi di Indonesia, namun juga disoroti dunia.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Ternyata, polemik tentang vaksin berbayar Kimia Farma tidak hanya memantik reaksi di Indonesia, namun juga disoroti dunia.
Bahkan, World Health Organization ( WHO) juga memberikan kritik terhadap kebijakan tersebut.
Kepala Unit Program Imunisasi WHO, Ann Lindstrand mengkritik kebijakan vaksinasi gotong royong individu berbayar di Indonesia.
Dalam situs resmi WHO, Lindstrand menyatakan setiap orang harus memiliki hak yang sama untuk bisa mengakses vaksin Covid-19.
(Update berita nasional, internasional dan lainnya ? Baca disini)
"Pembayaran (dalam bentuk) apapun (untuk memperoleh vaksin) akan menimbulkan problem akses dan etika selama pandemi. Padahal di saat yang sama kita membutuhkan cakupan vaksinasi yang luas yang bisa menjangkau semua pihak yang rentan," kata Lindstrand dikutip dari situs resmi WHO, Kamis 15 Juli 2021.
Ia menilai program vaksinasi Covid-19 berbayar tidaklah tepat.
Menurutnya, jika anggaran yang menjadi masalah, saat ini banyak lembaga yang memberikan bantuan untuk pengadaan vaksin.
Lindstrand mengatakan kerja sama internasional seperti COVAX Facility yang berada di bawah WHO juga sudah memberikan jatah vaksin gratis kepada negara yang membutuhkan.
Ia menuturkan, meskipun pengiriman dan logistik penyimpanan vaksin membutuhkan dana, hal tersebut bisa diperoleh lewat bantuan berbagai lembaga internasional seperti Bank Dunia.
"Ada pasokan vaksin dari COVAX melalui kolaborasi UNICEF, WHO, dan lain-lain. Tentunya mereka memiliki akses vaksin yang gratis hingga 20 persen dari populasi yang didanai para penyandang kerja sama COVAX. Jadi sama sekali tidak dipungut pembayaran dalam pelaksanaannya," kata Lindstrand.

Hal senada disampaikan Direktur Eksekutif Program Darurat WHO Mike Ryan.
Ia pun menyinggung situasi pandemi Covid-19 di Indonesia yang kian memburuk.
"Kami telah melihat peningkatan kasus sebesar 44 persen selama sepekan terakhir dan peningkatan kematian sebesar 71 persen. Jadi tidak diragukan lagi bahwa Indonesia tengah menghadapi situasi sangat sulit," kata Ryan.
"Kita harus jauh lebih maju dengan vaksinasi dan Indonesia seharusnya memiliki lebih banyak akses ke vaksin melalui jalur inisiatif seperti COVAX," tutur dia.