dr Andriani Jelaskan Dibalik Pemeriksaan PCR Untan Selama Pandemi Covid-19 di Kalimantan Barat
Tribun Pontianak melakukan wawancara ekskulif bersama Konsultan Biologi Molekuler Lab Jejaring Pemeriksaan COVID 19 RS UNTAN dan Lab Jejaring Pemeriks
Penulis: Anggita Putri | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Tribun Pontianak melakukan wawancara ekskulif bersama Konsultan Biologi Molekuler Lab Jejaring Pemeriksaan COVID 19 RS UNTAN dan Lab Jejaring Pemeriksaan COVID 19 Labkesda Kalbar di Pontianak, dr Andriani.
Wawancara ekslusif tersebut dalam acara Tribun Posdcast membahas tentang “16 Bulan Pandemi Covid-19, Cerita dibalik Pemeriksaan PCR” yang ditayangkan live melalui Facebook dan Youtube Tribun Pontianak, Kamis 15 Juli 2021.
dr Andriani menceritakan bahkan dirinya sempat terkonfirmasi covid-19 pada gelombang kedua tahun lalu bersama 30 rekannya di Laboratorium Untan.
“Gejala saya lumayan paling berat dari yang lainnya. Saya kira yang sudah pernah terpapar virus corona setuju bahwa itu flu yang tidak biasa sekali gejalanya yang ngilu dan lainnya,”ujarnya kepada Tribun Pontianak.
• Direktur RSUD SM Jamaludin I Kayong Utara Ungkap Sampel Tes PCR Masih Harus Dikirim ke Pontianak
Sehingga pemeriksaan sampel Laboratorium saat itu harus dikurangi sementara karena lebih separuh anggota Laboratorium Untan terpapar virus.
Ia menceritakan di awal pandemi Covid-19 Laboratorium Untan mulai beroperasional sejak 20 April 2020.
Dikatakannya walau alat PCR sudah lengkap tapi persiapan diawal pandemi waktu itu sangat mepet. Persiapan dilakukan kurang lebih dua minggu secara simultan mulai dari Mempersiapkan SDM yang memang di Kalbar masih sangat terbatas untuk skill pemeriksaan PCR.
Lalu menyiapkan tempat yang memenuhi sarat Biosafety Standard 2. Selain itu menyiapkan alat seperti reagen dan lainnya.
(Update Informasi Seputar Kalimantan Barat)
“Awalnya kapasitas yang disiapkan Untan hanya bisa memeriksa 30 sampel, berjalannya waktu kemudian kami diberikan alat dan mesin baru, serta Alat Abis Pakai (APD) yang banyak. Sehingga sekarang bisa memeriksa 380 sampel perhari,”jelasnya.
Pemeriksaan sampel dimulai pukul 08.00 WIB, lanjut pada pukul 12.00 sampel masuk ke mesin. Nanti pukul 15.00- 17.00 wib akan dilakukan validasi hasil sampel. Setelah itu batu dilaporkan.
Ia mengatakan untuk awal pemeriksaan sampel Covid-19, dimana sampel yang diambil dari swab hidung dan tenggorakan. Lalu ditempatkan dalam wadah khusus dengan pengemasan yang harus aman dan memenuhi standar.
“Jadi yang kita ambil dari spesimen hasil swab hidung dan tenggorokannya adalah RNA nya karena penyebab virus covid-19 ini adalah materi genetiknya RNA. Jadi yang kita ambil RNA yang disebut proses ekstraksi RNA,”ujarnya.
Dikatakannya untuk proses ekstraksi RNA sebanyak 380 sampel bisa memakan waktu sekitar 4 jam. Selanjutnya hasil ekstraski RNA tersebut dicampur dengan reagen setelah itu dimasukan ke dalam mesin PCR.
• Sutarmidji Targetkan Pada 17 Agustus Mendatang Cakupan Vaksinasi Kalbar Capai 1 Juta Orang
Nanti hasil yang keluar dalam bentuk curva yang akan dibaca apakah terdapat virus dalam gen tersebut. Lanjutnya menjelaskan saat ini Teknologi PCR terus berkembang. Kenapa ada laboratorium yang memberikan tarif terutama di pihak swasta.
“Kenapa ada Lab swasata yang bisa 3-6 jam pemeriksaan ktu tergantung dari antrian sampel yang ada. Seperti sekarang untuk kebutuhan penerbangan dengan kapasitias yang mungkin terbatas sementara yang test banyak tentu banyak yang antri,”ujarnya.
Namun untuk Lab Pemerintah sendiri dikatakannya hanya untuk pemeriksaan hasil tracing yang memang gratis tanpa pungutan biaya, berbeda dengan swasta yang mempunyai hak untuk menarik tarif.
“Kalau kami tergantung antrian, di swasta bisa tergantung tarif,”ucapnya.
Dikatakannya bahwa saat ini WHO menjelaskan bahwa untuk memeriksa virus harus dari materi genetiknya berupa RNA. Materi genetik ini hanya bisa diperiksa saat ini menggunakan teknologi Pcr.
Namun WHO memperbolehkan pada kondisi khusus pemeriksaan menggunakan swab antigen seperti daerah yang tidak memiliki akses PCR.
• Wakil Bupati Sintang Prihatin Bencana Banjir dan Covid-19 Terjadi Bersamaan
Namun dengan catatan apabila seseorang yang mempunyai gejala dan hasil swab antigen negatif harus di swab Pcr. Karena sensitifvitas pemeriksaan antigen dan PCR berbeda.
Lanjutnya saat ini mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah CT yang perlu diketahui oleh klinisi.
“Sampai saat ini nilai CT belum bisa menjadi patokan berapa berat ringannya sebuah gejala dari covid-19 atau memprediksi apakah seseorang bisa survive atau tidak dari virus corona,”ujarnya.
Di Untan biasanya hasil Laboratoriun mencantumkan berapa nilai CT dan Viral Load (jumlah virusnya) yang hanya bisa disimpulkan oleh klinisi. Bahkan biasanya jumlah virus tidak korelatif dengan gejala yang diderita seseorang.
“Kita pernah melihat seseorang dengan Ct rendah dan Vl ratusan ribu bahkan jugaan dan orangnya baik-baik saja,”ungkapnya.
Ia mengatakan CT paling rendah yang pernah ditemui adalah 7. Dimana semakin rendah CT semakin banyak virus membuat seseorang mudah untuk menularkan virus tersebut.
Dari hasil Lab dikatakannya untuk melihat rate positivity setiap hari untuk melihat apakah tren kasus meningkat atau menurun. Kalau meningkat daerah harus mulai waspada akan ada gelombang covid-19.
“Kondisi saat ini sudah kita pantau sejak April lalu. Dimana kasus harian semakin menungkat,”ujarnya.
• Menkes RI Apresiasi Sinergitas Vaksinasi Pemprov Kalbar, TNI Polri bersama Muhammadiyah Kalbar
Selain itu terkait mutasi virus lokal di Kalbar, ia belum bisa menyimpulkan apakah saat ini ada mutasi virus lokal asal Kalbar, akan tetapi ada beberapa virus strain di Kalbar yang dicurigai adalah varian lokal virus di Indonesia.
“Kita sudah ditandai WHO untuk varian virus lokal di Indonesia. Terkait apakah virus varian lokal Indonesia sudah ada di Kalbar saat ini memang sudah ada, “jelasnya.
Namun dikatakannys perkembangan virus lokal Indonesia ini tertahan oleh varian virus yang mendominasi yakni delta. (*)